'www.unbara.ac.id'

Fakultas Pertanian

'www.unbara.ac.id'

Fakultas Pertanian

'www.unbara.ac.id'

Fakultas Pertanian

'www.unbara.ac.id'

Fakultas Pertanian

'www.unbara.ac.id'

Fakultas Pertanian

Rabu, 21 November 2012

Peranan Rhizobium dalam Meningkatkan Ketersediaan Nitrogen bagi Tanaman Kedelai

Peranan Rhizobium dalam Meningkatkan Ketersediaan Nitrogen bagi Tanaman Kedelai
Oleh: Novriani

Abstract
Supplies nutrients nitrogen in soybean crop is high enough, to meet the nitrogen needs during growth, it can be done given rhizobium. Rhizobium bacteria that can be symbiotic with the soybean crop is rhizobium japanicum. This bacterium is able to fixate nitrogen at 100-300 kg/ha, so it can meet the needs of 80% nitrogen for soybean. Besides able to fixate nitrogen rhizobium can also produce hormones such as IAA and giberalin grow. Rhizobium transmission can be done in two ways, namely through soybean seed and mixing through the soil. Rhizobium inoculant sources can come from rhizoplus, legin soybean cultivation or land mark. Key words: Soybean, rhizobium, nitrogen

PENDAHULUAN
Peningkatan produksi berbagai tanaman pangan di Indonesia tidak terlepas dari penggunaan pupuk kimia (buatan). Varietas unggul yang dihasilkan oleh para pemulia dalam revolusi hijau merupakan jenis tanaman yang membutuhkan masukan pupuk yang tinggi, disamping masukan lain seperti pengairan dan pestisida, agar dapat mencapai potensi hasil yang optimal dari tanaman tersebut. Akibat dari penggunaan varietas unggul disertai dengan makin intensifnya pengelolaan tanaman dan perluasan areal tanaman, konsumsi pupuk meningkat terutama sekali terjadi pada periode tahun 1975-1980 dengan diimbangi oleh peningkatan pertumbuhan produksi rata-rata 15,6%. Selanjutnya pada tahun 1980-1985, 1985-1990, dan 1990-1996, laju pertumbuhan produksi menurun masing-masing 10,2; 3,9; 1,5% per tahun (Simanungkalit, 2001). Hal ini terjadi akibat dari pemakaian pupuk dan pestisida secara terus menerus dan dalam jumlah besar, sehingga banyak tanah yang rusak akibat pencemaran bahan kimia. Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah adalah kembali menggunakan pupuk yang ramah lingkungan (pupuk alami), sehingga mampu mempertahankan kesuburan tanah tetapi masih dapat meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan pupuk hayati merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman secara alami, dengan memanfaatkan mikroorganisme hidup ke dalam tanah sebagai inokulan untuk membantu tanaman memfasilitasi atau menyediakan unsur hara tertentu bagi tanaman. Salah satu pupuk hayati yang sering digunakan adalah rhizobium.

pdf file

Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kab. OKU

Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kab. OKU
Oleh: Endang Lastinawati

Abstract 
This study aims to measure the level of farmer participation in the implementation of RADP program in the District OKU and to analyze differences in the level of participation of farmers based on certain factors in implementing the RADP program in the District OKU. The results showed the general level of farmer participation in the program in the District OKU being medium classified. Based on the study, no differences based on education level of participation of farmers, who had followed the training, and socialization programs. But the level of farmer participation differed according to social status of farmers, and activity RADP mentoring programs have been followed by farmers. Key words: Rural Agribusiness Development Program (RADP), farmer, participation 

PENDAHULUAN 
Kementerian Pertanian mulai tahun 2008 telah melaksanakan PUAP di bawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat. PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Melalui pelaksanaan PUAP, diharapkan Gapoktan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani (Deptan, 2010). Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang menjadi sasaran pelaksanaan program PUAP. Beberapa kabupaten dan kota telah melaksanakan program ini sejak tahun 2008, yaitu : Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS), Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Banyuasin, dan Kota Palembang.

Pemanfaatan Kayu Karet Tua sebagai Tambahan Pendapatan Petani Karet di Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu

Pemanfaatan Kayu Karet Tua sebagai Tambahan Pendapatan Petani Karet di Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu
Oleh: Septianita

Abstract 
The purpose of this study is to calculate how much income farmers gained in the use of rubber wood and old to know the feasibility of utilization of old rubber wood. Purposes of this research is to deepen knowledge about the use of old rubber wood and can give consideration in making decisions in the development of old rubber wood utilization for farmers. This study to be done in the District of Lubuk Raja in March to April 2010. The method used in this research is survey with farmers use old rubber wood as an example. While the sampling method by using census method that is by taking all the existing population of 35 farmers use old rubber wood or 100 percent of the population. Based on this study, the total revenue obtained by the farmer sample average is Rp. 11,975,286,- per production. While the level of feasibility on the use of old rubber wood is 2.23. Key words: Income farmers, use of rubber wood and old to 

PENDAHULUAN 
Produksi karet rakyat di Indonesia rata-rata 700 sampai 800 kilogram perhektar pertahun, jauh berbeda dengan produktifitas karet di Thailand yang bisa mencapai 1,8 juta ton perhektar pertahuan. Untuk itu pemerintah telah mencanangkan program revitalisasi perkebunan hingga tahun 2010, salah satu program revitalisasi tersebut khusunya untuk komoditas karet adalah melakukan peremajaan terhadap karet-karet tua yang tidak produktif. Dalam usaha memproduksi bibit karet bermutu, ketersediaan kebun entres sebagai sumber mata tunas atau kayu entres mutlak diperlukan. Mendatangkan entres dari luar lokasi pembibitan akan mendatangkan masalah ketepatan jumlah dan waktu tersedianya mata tunas klon-klon yang diinginkan (Sutarto, 2009). Kebutuhan kayu sebagian besar masih dipenuhi dari alam. Persediaan kayu dari hutan alam setiap tahun semakin berkurang, baik dari segi mutu maupun volumenya. Hal ini disebabkan kecepatan pemanenan yang tidak seimbang dengan kecepatan penanaman, sehingga tekanan terhadap hutan alam makin besar. Di sisi lain kebutuhan kayu akan bahan bakar industri semakin meningkat, hal ini berarti pasokan bahan baku pada industri perkayuan semakin sulit, kalau hanya mengandalkan kayu yang berasal dari hutan alam, terutama setelah kayu ramin, meranti putih, dan agathis dilarang untuk ekspor dalam bentuk kayu gergajian. Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu 1,58% per tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta sama-sama menurun 0,15% per tahun. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan.

Peranan Rhizobium dalam Meningkatkan Ketersediaan Nitrogen bagi Tanaman Kedelai

Peranan Rhizobium dalam Meningkatkan Ketersediaan Nitrogen bagi Tanaman Kedelai
Oleh: Novriani

Abstract 
Supplies nutrients nitrogen in soybean crop is high enough, to meet the nitrogen needs during growth, it can be done given rhizobium. Rhizobium bacteria that can be symbiotic with the soybean crop is rhizobium japanicum. This bacterium is able to fixate nitrogen at 100-300 kg/ha, so it can meet the needs of 80% nitrogen for soybean. Besides able to fixate nitrogen rhizobium can also produce hormones such as IAA and giberalin grow. Rhizobium transmission can be done in two ways, namely through soybean seed and mixing through the soil. Rhizobium inoculant sources can come from rhizoplus, legin soybean cultivation or land mark. Key words: Soybean, rhizobium, nitrogen 

PENDAHULUAN 
Peningkatan produksi berbagai tanaman pangan di Indonesia tidak terlepas dari penggunaan pupuk kimia (buatan). Varietas unggul yang dihasilkan oleh para pemulia dalam revolusi hijau merupakan jenis tanaman yang membutuhkan masukan pupuk yang tinggi, disamping masukan lain seperti pengairan dan pestisida, agar dapat mencapai potensi hasil yang optimal dari tanaman tersebut. Akibat dari penggunaan varietas unggul disertai dengan makin intensifnya pengelolaan tanaman dan perluasan areal tanaman, konsumsi pupuk meningkat terutama sekali terjadi pada periode tahun 1975-1980 dengan diimbangi oleh peningkatan pertumbuhan produksi rata-rata 15,6%. Selanjutnya pada tahun 1980-1985, 1985-1990, dan 1990-1996, laju pertumbuhan produksi menurun masing-masing 10,2; 3,9; 1,5% per tahun (Simanungkalit, 2001). Hal ini terjadi akibat dari pemakaian pupuk dan pestisida secara terus menerus dan dalam jumlah besar, sehingga banyak tanah yang rusak akibat pencemaran bahan kimia. Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah adalah kembali menggunakan pupuk yang ramah lingkungan (pupuk alami), sehingga mampu mempertahankan kesuburan tanah tetapi masih dapat meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan pupuk hayati merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman secara alami, dengan memanfaatkan mikroorganisme hidup ke dalam tanah sebagai inokulan untuk membantu tanaman memfasilitasi atau menyediakan unsur hara tertentu bagi tanaman. Salah satu pupuk hayati yang sering digunakan adalah rhizobium.


Penambahan Protein Belut Sawah Pada Pembuatan Edible Film Pati Tapioka Termodifikasi

Penambahan Protein Belut Sawah Pada Pembuatan Edible Film Pati Tapioka Termodifikasi
Oleh: Mukhtarudin dan Suyatno

Abstract 
The objective of the research was to produce and to know the edible film characteristic from surimi rice field eel and tapioca combine. The experiment was designed in Factorial Randomized Block Design with surimi of rice field eel concentration and tapioca as the treatment factors and were done in triplicates. The treatment were surimi of rice field eel concentration (4%, 6%, and 8%) and tapioca concentration (1%, 3%, and 5%). The results showed that the modified tapioca starch by using POCl3 not be made edible film for all treatment concentrations as well as the addition of surimi eel rice. One of two main factors that could cause a reference current reasons, that is) 1. The modified tapioca starch had reduced amylose content, this is the cause not the formation of the film matrix. It has been known that the main frame of the edible film is amylose than amylopectin. 2) the excessive warming temperatures will cause water to evaporate quickly before the film matrix. Key words: Edible film, starch, modified, tapioca and eel 

PENDAHULUAN 
Pada akhir-akhir ini, penelitian yang mengarah ke perlindungan lingkungan (friendly environment) menjadi perhatian utama dalam segala bidang termasuk teknologi bahan kemasan pangan. Bahan kemasan pangan yang paling banyak digunakan saat ini adalah plastik. Ada beberapa alasan mengapa bahan kemasan ini banyak digunakan, diantaranya adalah: 1) mudah didapat; 2) harga relatif murah, dan; 3) mudah dicetak atau disablon. Namun, plastik mempunyai kelemahan, yaitu: 1) plastik tidak bisa dirombak (non-biodegradable) sehingga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, dan; 2) plastik dapat mencemari makanan yang dikemasnya karena adanya monomer-monomer penyusun plastik yang dapat terurai dari polimernya sehingga bereaksi dengan makanan dan ini dapat menyebabkan karsinogenik. Dengan demikian, penggunaan bahan kemasan plastik harus dikurangi. Ada beberapa cara yang telah dilakukan dalam mengurangi penggunaan plastik, yaitu pengembangan plastik yang bersifat biodegradable dan pengembangan bahan kemasan pangan yang tidak hanya bersifat biodegradable tapi juga bersifat edible, bahan kemasan ini sering disebut edible film, yaitu lapisan tipis yang melapisi bahan pangan dan aman dikonsumsi. Penelitian tentang edible film telah lama dilakukan oleh para peneliti dengan memanfaatkan bahan baku lokal seperti di Jepang, Amerika Serikat, Thailand dan lain sebagainya. Di Indonesia penelitian ini telah berkembang pesat, seperti penggunaan pati tapioka, pati ganyong, dan pati-pati lainnya. Penggunaan pati tapioka (native starch) diinkorporasi dengan senyawa lain seperti protein, ikatan yang terjadi antara protein dengan pati tidak sempurna karena protein terikat secara acak dan sifatnya tidak stabil sehingga edible film yang dihasilkan sulit untuk memenuhi JIS 1975.

Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam

Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam
Oleh: Nurlaili

Abstract 
System of Rice Intensification (SRI) is one approach to rice cultivation practices that emphasize the cultivation of land management, crop and water through the empowerment of indigenous groups and based on environmentally friendly activities. One application of the idea of SRI is the wide plant spacing. The use of wide plant spacing on the System of Rice Intensification allow light into the paddy crop will be more so that the process run more optimum photosynthesis which ultimately will result in growth and high crop production. Plant spacing 30 cm x 30 cm for rice plants (Oryza sativa L.) with System of Rice Intensification (SRI) gave the best effect on plant growth. Key words: System of Rice Intensification, plant spacing, light 

PENDAHULUAN
Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. dengan populasi sebesar 230 juta jiwa dan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,4% per tahun, kebutuhan akan beras meningkat setiap tahunnya, sedangkan pasokan beras pada saat ini telah mencapai tingkat terendah di dalam kurun waktu 30 tahun terakhir yang disertai oleh kenaikan harga beras dalam 10 tahun terakhir. Upaya peningkatan produksi beras terus dilakukan, namun saat ini terganjal oleh berbagai kendala, seperti konversi lahan sawah subur yang masih terus berjalan, penyimpangan iklim (anomali iklim), gejala kelelahan teknologi (technology fatique), penurunan kualitas sumberdaya lahan (soil sickness) yang berdampak terhadap penurunan dan atau pelandaian produktivitas. Oleh karena itu guna memenuhi kebutuhan beras yang terus meningkat perlu diupayakan untuk mencari terobosan teknologi budidaya yang mampu memberikan nilai tambah dan meningkatkan efisiensi usaha. System of Rice Intensification (SRI) merupakan salah satu pendekatan praktek budidaya padi yang menekankan pada manajemen pengolahan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal yang berbasis pada kegiatan ramah lingkungan. Penerapan gagasan SRI berdasarkan enam komponen penting yaitu: 1) transplantasi bibit muda; 2) bibit ditanam satu lubang; 3) Jarak tanam lebar; 4) kondisi tanah lembab (irigasi berselang); 5) melakukan pendagiran (penyiangan), dan; 6) hanya menggunakan bahan organik (kompos). Penggunaan jarak tanam yang lebar pada SRI memungkinkan cahaya yang masuk ke pertanaman padi akan lebih banyak sehingga proses fotosintesis berjalan lebih optimum yang akhirnya akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman yang tinggi.

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag
Oleh: Susantidiana

Abstract 
The objective of this research is to evaluate effect from planting medium and inorganic fertilizers dosage (Urea, SP36, KCl) to growth of plant welsh onion. The research was conducted at Sukaraya, Baturaja East from July to September 2009. This research method using Factorial Randomized Block Design with three replicate. The research was divide into five stage: planting preparative, planting, fertilization, preservation, and harvest. The result showed that planting medium highly significant whereas fertilizer dosage and combination both of them no significant. Based on LSD 1% M2 (Soil + goat manure) result that wet and dry weight plant was significant. Based on tabulation value D3 (Urea 1.8 g/plant, SP36 3.3 g/plant, KCl 1.5 g/plant) result that wet and dry weight plant highest. Combination of M2D3 is the best treatment to increase the growth of plant welsh onion. Key words: Urea, wels onion, planting medium, inorganic fertilizers 

PENDAHULUAN 
Budidaya Bawang daun (Allium fistulosum L.) dapat dilakukan di lahan dan di polybag. Penanaman dalam polybag pada pekarangan yang sempit merupakan alternatif untuk menambah pendapatan keluarga. Menurut Cahyono (2005), dibudidayakan sebagai tanaman sayuran (daun dan batang) dan sebagai bahan obat (akar, daun, dan batang). Penggunaan bawang daun yaitu dikonsumsi dalam bentuk segar bersama dengan bahan-bahan makanan lain, sebagai bumbu penyedap, dan pengharum masakan. Bawang daun mengandung unsur hara aktif sebagai antibiotik, dapat merangsang pertumbuhan sel, menghilangkan lendir dalam kerongkongan, memudahkan pencernaan makanan, menyembuhkan penyakit dan sebagainya. Bawang daun memiliki nilai ekonomis yang cukup penting. Prospek bawang daun cukup baik untuk pemenuhan konsumen domestik dan untuk permintaan ekspor. Pada saat ini produktivitas di tingkat petani masih rendah akibat belum menggunakan media tanam dan pupuk yang belum optimal. Untuk memenuhi permintaan pasar dalam jumlah yang banyak maka produksi bawang daun harus ditingkatkan melalui budidaya yang intensif. Budidaya yang intensif diantaranya menggunakan media tanam dan pemberian pupuk yang berimbang. Media tanam yang ditambahkan pupuk kandang menjadi kaya bahan organik. Peran bahan organik dapat meningkatkan porositas tanah, kemampuan menahan air, kapasitas tukar kation, pH tanah dan ketersediaan unsur hara (Mulyono, 1998). Media tanam sangat berperan dalam peningkatan produksi tanaman. Oleh karena itu bawang daun harus ditanam pada komposisi media yang cocok untuk pertumbuhan dan produksinya.

Pengaruh Beberapa Tingkat Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri (Apium graveolens L.) di Polibag

Pengaruh Beberapa Tingkat Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri (Apium graveolens L.) di Polibag
Oleh: Dora Fatma Nurshanti

Abstract 
This study aims to determine the effect of several levels of shading on growth and crop production of celery (Apium graveolens L.). Thhis research was conducted at the experimental farm of Agricultural Faculty of East Balfour Ogan Komering Ulu District. Implementation of research started in August until Oktober 2010. The materials used in this study are: celery seed (varieties Ritan seed), paranet 50%, 60% and 70%, 5 kg polybags, bamboo, medium mixture of soil, sand and manure with a ratio of 2:1:1. The tools used are metera, hoes, maschetes, shovels, spreyer, ans stationery. This study used a complete randomized design (CRD) in which each consist of 4 treatments and 5 replications. Based on the results of research influence of shade on the growth and productionof celery plants (Apium graveolens L.) in polybags can be conducted that: the treatmen rate of 50% shade to give the best effect, when compared with shade level of 60% and 70%. Although statistically not significant different betweem treatmens for all variables observed. Key words: Shade, celery, polybags 

PENDAHULUAN 
Tanaman seledri atau celery (Apium graveolens L.) merupakan salah satu ssayuran yang popular di dunia. Asal usul tanaman ini diduga telah dikenal 1.000 tahun yang lalu, yaitu sejenis tumbuhan liar asli di dataran Asia (Rukmana, 1990). Sementara Rukmana (1990), menyatakan bahwa, selain citas rasanya segar dan renyah tanaman seledri mengandung gizi cukup tinggi dan memiliki khasiat sebagai obat penyembuh beberapa jenis penyakit. Selain pemupukan pertumbuhan bibit seledri juga dipengaruhi oleh beberapa factor lingkungan, diantaranya intensitas cahaya, suhu dan kelembaban yang tinggi. Untuk mengurangi intensitas cahaya, suhu yang tinggi serta meningkatkan kelembaban, maka salah satu upaya budidaya adalah dengan menggunakan naungan (Departemen Kehutanan dan perkebunan, 1998). Tanaman seledri termasuk tanaman jenis C3 yang membutuhkan intensitas cahaya matahari pada siang hari sebesar 32.000 LUX atau 50% untuk pertumbuhan yang optimal (Anonim, 2002 dalam Nurshanti, 2001). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui “Pengaruh Beberapa Tingkat naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri (Apium graveolens L.) di Polibag. Penelitian ini bewrtujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa tingkat naungan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman seledri (Apium graveolens L.).

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani
di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu
Oleh: Henny Rosmawati

Abstract 
This research is aimed to: 1) know the banana’s marketing eficiency channel level. 2) count the farmer’s share that the farmer received and to know marketing marjin of every marketing institutions. This research was done in Ogan Komering Ulu regency which was selected purposively. The method of research used in this research was survey method. The sampling farmers were selected by using simple random sampling and the sampling farmers were 30 farmers. The result of the research shows that: 1) The marketing run in Lengkiti district consist three marketing channels and the most efficient of marketing channel is channel I,because channel I have short channel comparing with the other channel and marketing cost of channel I is lower than the marketing profit. 2) The farmer’s share values of the farmer at channel I is the biggest, that is 41,66% and the marketing marjin values obtained by the agent level of the village at channel I and the agent of district area at channel III is the biggest comparing with the other marketing institutions, that is Rp 700 per kg to agent of the village at channel I and Rp 650 to agent of the district at channel III. Key words: Marketing, marketing efficiency, farmer’s share, marketing margin
 
 PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara yang sedang berkembang atau membangun, dimana 80% penduduknya bermata pencaharian pokok di sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk dan tenaga kerja yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian (Adjib AD, 2001).
Salah satu sasaran pembangunan pertanian antara lain adalah pembangunan pertanian yang mencakup peningkatan produksi pertanian tanaman pangan melalui berbagai usaha. Peningkatan produksi pangan seperti beras, palawija, dan produksi pangan yang berasal dari holtikultura (sayuran dan buah-buahan) adalah ditujukan untuk membantu terjaminnya cukup pangan dan memperbaiki taraf hidup petani dan keluarganya. Pembangunan subsektor pertanian tanaman hortikultura merupakan salah satu bagian yang penting dari pembangunan pertanian. Salah satu komoditas tanaman hortikultura yang banyak digemari oleh masyarakat adalah pisang. Dahulu pisang pada umumnya merupakan tanaman sampingan untuk mengisi kekosongan tanah-tanah pekarangan atau tanah ladang dan jarang di usahakan secara intensif (Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2009).

Kontribusi Pendapatan Buruh Wanita Tani Kelapa Sawit Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Kurup Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu

Kontribusi Pendapatan Buruh Wanita Tani Kelapa Sawit Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Kurup Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu
Oleh: Rosnaliza Testiana dan Dinda Dwi Arini

Abstract 
This study aimed to calculate the labor income of women farmers palm and calculate the contribution of women farmers labor income of oil palm on family income in the Village District Kurup Lubuk Ogan Komering Ulu Batang held in May to July 2012. The experiment was conducted in the village Kurup considering that farm women laborers working in PTP Minanga Ogan dominant Kurup villagers that as many as 67 people consisting of 15 workers were men and 52 women laborers. The research method used in this study is a survey method used to obtain the facts on the ground by using a questionnaire as a data collection tool. The sampling method used in this study is simple random method (simple random sampling). According Sugiyono (2001: 57) stated simple (simple) by sampling a random member of the population regardless of the strata in the population. Samples are taken by 30 farmers sample of 52 members of the population with the percentage of the sample was 58 percent. The data used are primary data is data obtained directly from the field using a questionnaire as a means of collecting data and secondary data is data obtained from the agencies involved in this study. Based on the results of research known labor income women farmers palm of Rp 8,050,000.00 per year, with revenue contribution of oil palm farm women laborers for 39.30 percent of the total family income of Rp 20,487,133.00. Labor income of women farmers palm provide a major contribution to the family income. Key words: Contribution, labor income, women farmers palm of sawit 

PENDAHULUAN 
Sektor pertanian merupakan bidang kehidupan yang paling vital. Peranan sektor pertanian, di samping tercatat sebagai sumber devisa yang cukup besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduknya (Sastraatmadja, 2005). Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacg) merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Bagi Indonesia, kelapa sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan sebagai sumber perolehan devisa Negara. Sampai saat ini Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit (CPO) dunia selain Malaysia dan Nigeria (Tim Penebar Swadaya, 2002).

Respon Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Pada Berbagai Media Tanam di Pembibitan

Respon Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Pada Berbagai Media Tanam di Pembibitan
Oleh: Susantidiana

Abstract 
The objective of this research is to evaluate effect from planting medium to growth of plant physic nut. The research was conducted at Garden expriment, Faculty of Agriculture, Univerity of Baturaja from July to August 2007. This research method using Randomized Block Design with three replicate. The research consist of 8 treatment with ratio soil, manure, sand: P0 (control), P1 (1:1:1), P2 (1:1/1:11/2), P3 (1:11/2:1/2), P4 (11/2:1:1/2), P5 (11/2:1/2:1) P6 (1/2:1:11/2), P7 (1/2:11/2:1). The result showed that planting medium (P3) significant to growth of plant height, growth of diameter stem, and wet weight plant. Treatment of P3 have germination rate 10 day after planting, most amount of leaf, leaf area biggest, root longest, and dry weight plant biggest. P3 is the bets treatment to increase growth of Jatropha curcas L. Key words: Jatropha curcas L, physic nut, manure

PENDAHULUAN
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) menjadi perhatian sejak tahun 2005. Biji jarak pagar memiliki kandungan minyak. Oleh karena itu tanaman ini merupakan salah satu tanaman penghasil biodiesel, pencampur solar untuk mobil dan alat pertanian (Sudrajat, 2006). Jarak pagar memiliki racun tidak dikonsumsi oleh binatang dan manusia sehingga tidak bersaing dengan tanaman lain (non edible oil). Menurut Effendi (2006), biodiesel dari jarak pagar tidak mengandung sulfur benzene dan banyak oksigen sehingga mudah diuraikan dan dapat mengurangi asap hitam dari gas buang mesin diesel secara signifikan. Minyak yang berasal dari solar dan bensin tidak memiliki oksigen sehingga menimbulkan asap hitam. Tanaman jarak merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan karena dapat tumbuh pada lahan marjinal dan lahan kritis. Indonesia memiliki lahan kritis yan luas, Irfan (2006) mengemukan bahwa lahan kritis di Indonesia lebih dari 20 juta Ha. Tanaman jarak banyak ditanam di berbagai wilayah. Sementara menurut Sudrajat (2006), jarak pagar yang dikembangkan oleh penduduk tidak jelas asal usulnya, persentase tumbuh biji rendah dan penyimpanan biji yang asal-asalan sehingga menyebabkan produksi menjadi rendah.

Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Merah dan Hubungannya dengan Kebutuhan Hidup Minimum di Desa Aromantai Kecamatan Pulau Beringin Kabupaten OKU Selatan

Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Merah dan Hubungannya dengan Kebutuhan Hidup Minimum di Desa Aromantai Kecamatan Pulau Beringin Kabupaten OKU Selatan
Oleh: Septianita 

Abstract 
The aim of this research is to calculate the revenue earned in farming Capsicum annum and analyze the relationship between farm income eligibility level of Capsicum annum with the minimum necessities of life. Purposes of this research is as an input to make decisions in the farming of. Capsicum annum and as a material consideration in setting policy. Data collection in the field starting from September to November 2010. Determining the location of the research done on purpose (purposive sampling). The method used in this research is a case study, with Capsicum annum farmers as an example. While the sampling method used in this research is to census method is to take the entire population of the 25 farmers who have Capsicum annum or 100 percent of the population. Based upon this research, the total revenue obtained by the farmer sample average is Rp. 11,246,620, - per growing season whereas for minimum living needs (KHM) as the number of family members do not meet reasonable living. Key words: Earned in farming, the minimum necessities of life 

PENDAHULUAN 
Indonesia salah satu bagian pembangunan pertanian yang mempunyai kedudukan strategis adalah kegiatan yang berbasis pada tanaman pangan dan holtikultura, sektor ini selain melibatkan tenaga kerja terbesar dalam kegiatan produksi dan produknya merupakan bahan pangan pokok pada konsumsi nasional. Ditinjau dari sisi bisnis kegiatan ekonomi yang berbasis tanaman pangan dan hortikultura merupakan kegiatan bisnis terbesar dan tersebar luas di seluruh Indonesia (Saragih, 2001). Salah satu komoditi hortikultura yang mempunyai peluang bisnis yang strategis adalah tanaman Cabai Merah. Cabai merah (Capsicum Annum var. longum) suatu komoditas sayuran yang tidak dapat ditinggalkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya produktivitas secara nasional masih tergolong rendah yaitu 4,8 ton perhektar dan potensi 7,5 sampai dengan 10 ton perhektar (Setiadi, 2007). Daya tarik agribisnis cabai merah selain nilai keuntungan yang berlipat apabila saat panen yang tepat, dalam usaha tani cabai merah sarana produksi mudah didapat, keadaan tanah tidak terlalu menuntut yang khusus, prospek pasarnya bisa dijual secara eceran maupun dalam jumlah yang besar. Petani dapat menjual dalam bentuk segar, olahan atau cabai giling maupun kering, cabai selain itu juga untuk campuran industri makan, bubuk cabai dapat dimanfaatkan sebagai bahan industri makanan dan minuman untuk menggantikan fungsi lada (Widodo, 2006).

Inokulasi Mikoriza Arbuskular Pada Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Yang Ditanam pada Berbagai Komposisi Media Tanam

Inokulasi Mikoriza Arbuskular Pada Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Yang Ditanam pada Berbagai Komposisi Media Tanam
Oleh: Novriani

Abstract
This research aims to study the effect of mycorrhizal inoculation on oil palm seedling which is planted in various media composition (a mixture of soil and Empty Fruits Bunch (EFB) compost) on the growth of oil palm seedlings, mycorrhizal colonization in roots and uptake of N, P and K. This research was conducted at the experimental garden of Baturaja University, Ogan Komering Ulu, during four months from December 2009 - March 2010. This research method used Factorial of Randomized Block Design (FRBD) with two treatment factors and three replications. The first factor in the form of EFB compost media compositions (0%, 25% compost + 75% soil, 30% compost + 70% soil, 50% compost + 50 soil, 70% compost + 30 % soil and 75 % compost + 25 % soil). The second factor is mycorrhizal inoculants (0 g pot-1, 10 g pot-1, 20 g pot-1 and 30 g pot-1). Result obtained from this research is the application of 30% compost to had significant effect on increase the percentage of mycorrhizal colonization in roots (83,23%), uptake of N (163.84%), uptake of P (153.67%), dry weight of canopy (163.27%), root dry weight (141.86 %) and total dry weigh (156.74%) of oil palm planting compare with no compost. Inoculation of mycorrhizal 10 g significantly increased percentage of mycorrhizal colonization roots (95.07 %), uptake of N (110.29%), uptake of P (108.19%), dry weight of canopy (82.29%), root dry weight (84.21%), and total dry weigh (84.29%) of soil palm planted compare with no mycorrhizal. The combination of compost 30% and mycorrhizal 10 g resulted the best percentage of mycorrhizal colonization on roots, uptake of N, dry weight, root dry weight and total dry weight of the best crops of oil palm seedling. This result suggest that good of palm seeding can be achieved by using combination of 30% compost and 10 g mycorrhizal dosage. Key words: Oil palm seeding, compost and mycorrhizal

PENDAHULUAN
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) saat ini merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting di sektor pertanian disebabkan kelapa sawit dapat menambah devisa dan menciptakan lapangan kerja. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2009 mencapai + 7,12 juta ha dengan total produksi + 20,5 ton Crude Palm Oil (CPO) (Dirjenbun 2010). Untuk memperoleh hasil yang terus meningkat dapat dilakukan dengan perbaikan mutu di pembibitan karena pembibitan memiliki peran yang sangat penting untuk menghasilkan tanaman kelapa sawit yang baik dan bermutu (Pahan, 2008).

pdf file

Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.) dan Gulma Terhadap Berbagai Jarak Tanam

Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.) dan Gulma Terhadap Berbagai Jarak Tanam
Oleh: Nurlaili

Abstract 
This study titled plant growth response of maize (Zea mays L.) and weed to various plant spacing. The experiment was conducted at the experimental field of Agricultural Faculty Baturaja, timing its implementation in March 2010 to June 2010. The design used was randomized block design with 4 treatments and 5 replications. Distance Treatment Plant used are: K1 = 50 x 20 cm, K2 = 50 x 40 cm, K3 = 50 x 60 cm, and K4 = 50 x 80 cm. Statistically, the influence of plant spacing did not significantly affect the growth of corn plants, but a tabulation plant spacing of 50 x 60 cm (K3) there is a trend and give the best results of the age of flowering and plant dry weight. Key words: Weed, plant spacing 

PENDAHULUAN
Jagung (Zea mays.L) merupakan bahan pangan yang penting penghasil karbohidrat kedua setelah beras. Jagung juga digunakan sebagai bahan makanan dan bahan baku industri seperti, kertas, minyak, cat dan lain-lain. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa dengan pengaturan jarak tanam yang benar dan tapat disertai pengelolaan yang baik maka potensi hasil jagung dapat mencapai 4,50 ton/ha (Suprapto.1986). Di Indonesia rata-rata produksi tanaman jagung per hektar dinilai masih rendah yaitu sekitar 2,8 ton per ha. Sementara jika dibandingkan dengan negara-negara penghasil jagung di Asia seperti RRC 4,6 ton/ha, Korea Selatan 4,1 ton/ha dan Thailand 3,7 ton/ha. Rendahnya produksi jagung di Indonesia di pengaruhi oleh beberapa faktor penyebab antara lain, tingginya harga benih varietas unggul, petani belum memahami penggunaan pupuk secara tepat dan benar, minimnya permodalan serta penggunaan pestisida yang berlebihan pada areal pertanaman oleh pelaku usaha tani dapat mengakibatkan terjadinya resistensi hama terhadap pestisida, dan pada waktu yang sama keberadaan musuh alami hama di areal lahan pertanian terancam punah yang membawa dampak negatif yaitu terjadinya ledakan serangan hama, akibatnya dapat menurunkan hasil produksi pertanian (Suprapato dan Marzuki, 2002). Berbagai pola pengaturan jarak tanam telah dilakukan guna mendapatkan produksi yang optimal. Penggunaan jarak tanam pada tanaman jagung dipandang perlu, karena untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam, distribusi unsur hara yang merata, efektivitas penggunaan lahan, memudahkan pemeliharaan, menekan pada perkembangan hama dan penyakit juga untuk mengetahui berapa banyak benih yang diperlukan pada saat penanaman.

Diversifikasi Pangan dalam Mencapai Ketahanan Pangan

Diversifikasi Pangan dalam Mencapai Ketahanan Pangan
Oleh: Endang Lastinawati

Abstract
Food is a human right. Food can determine the quality of human resources and part of the national resilience. The global food problems today are triggered by soaring international food prices, high oil price and convertion energy to biofuel. Beside that, Indonesia still recognized as food importing countries. The food diversification program in Indonesia was not succesfully. Rice consumption still high and the increasing demand on wheat has created additional burden to Indonesia’s import. In this regard, to achieve food independency and food security, some strategies are required, such as development of local wisdom in line with specific local foods, increase producers (especially small-scale farmers’ and fishermen’s) earnings through integrated farming development, and also development of agroindustry, technology and information in villages. Key words: Food diversification, food security 

PENDAHULUAN 
Persoalan pangan dewasa ini dipicu oleh melejitnya harga-harga pangan dunia secara tajam. Fenomena global ini tak terelakkan akibat beberapa faktor penyebab. Yang pasti, meroketnya harga minyak dunia menyebabkan biaya produksi semua produk, termasuk komoditas pertanian melonjak. Berikutnya, pesatnya perekonomian China dan India disinyalir signifikan berdampak pada meningkatnya permintaan produk, baik untuk konsumsi maupun industri. Satu lagi, trend dunia yang mulai mengkonversi hasil-hasil pertanian menjadi biofuel (energi asal nabati), sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar fosil, membuat banyak pihak berlomba-lomba mengembangkan biofuel. Akibatnya, terjadi perebutan peruntukan produk pertanian yang banyak diistilahkan dengan 3F (food, feed, or fuel), dan bahaya yang lebih merisaukan bakal mengancam, yaitu kelangkaan pangan dan kelaparan. Di sisi lain, efek pemanasan global menimbulkan dua sisi ekstrim dari perubahan iklim. Di belahan bumi yang satu terjadi curah hujan berlebih, banjir dan badai memporak-porandakan lahan pertanian dan peternakan serta mengubah pola tanam. Sementara di belahan bumi yang lain terjadi kekeringan dan krisis air yang menyebabkan kematian tanaman dan ternak, sehingga terjadi penurunan produksi (Trobos, 2008). Berbagai fenomena tersebut hendaknya menjadi fokus perhatian di masa mendatang. Persoalan pangan harus segera diatasi. Ketahanan pangan bangsa harus diwujudkan, karena ketahanan pangan nasional merupakan pilar bagi pembentukan sumberdaya manusia dan generasi yang berkualitas, yang diperlukan untuk membangun bangsa ini (Nainggolan, 2008). Ketahanan pangan merupakan pilar pembangunan sektor lainnya. Hal ini dipandang strategis karena tidak satu pun negara dapat membangun perekonomiannya tanpa terlebih dahulu menyelesaikan persoalan pangannya. Khusus bagi Indonesia, sektor pangan adalah sekaligus sektor penentu tingkat kesejahteraan, baik bagi penduduk di pedesaan maupun di perkotaan (Welirang dalam Azahari, 2008).

pdf file

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brasicca juncea L) dengan Tiga Varietas Berbeda

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brasicca juncea L) dengan Tiga Varietas Berbeda
Oleh: Dora Fatma Nurshanti  

Abstract 
This study aims to determine the mustrard crop cultivation techniques (Brasicca juncea L) in polybag using three varieties, namely Tropica, dora and the Red Arrow The research was conducted at the experimental farm of Agricultural Faculty of East Balfour Komering Ulu District. Implementation of research started in August until October 2008. Media used as the content of polybags is a mixture of soil, rice husk and kandang fertilizer with a ratio of 4: 3: 2 is mixed with the flat. Based on the results obtained by stating that the varieties bai Tropica has more growth compared with Dora Variety and Red Arrow, this is seen in almost all variables exept the variable root length. Key words: Cabbage, varieties, cultivation 

PENDAHULUAN 
Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah, serta meningkatnya kesadaran akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan sayuran khususnya sawi. Untuk memenuhi permintaan yang tinggi tersebut, ditambah dengan peluang pasar internasional yang cukup besar bagi komoditas tersebut, sawi layak diusahakan (Suhartini, 2002). Sebagai bahan makan sayuran, sawi mengandung gizi yang cukup lengkap, sehingga apabila dikonsumsi sangat baik untuk mempertahankan kesehatan tubuh (Cahyono, 2003). Sementara menurut Kurniadi (1992), sawi merupakan jenis sayuran yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Konsumennya mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan masyarakat kelas atas. Di Indonesia nama saswi merupakan sayuran yang cukup dikenal. Orang Jawa atau madura menggunakan sebutan yang sama, yaitu sawi, orang Sunda menyebutnya sasawi, sedangkan nama asing untuk sawi adalah mustard. Sayuran sawi yang dikonsumsi baik setelah diolah maupun sebagai lalapan, ternyata mengandung berbagai macam zat makanan yang esensial bagi kesehatan tubuh. Selain memiliki kandungan vitamin dan zat gizi penting bagi kesehatan, sawi dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Sawi yang dikonsumsi berfungsi pula sebagai penyembuh sakit kepala dan mampu bekerja sebagai bahan pembersih darah. Penderita penyakit ginjal dianjurkan untuk mengkonsumsi sebanyak mungkin sawi karena dapat membantu memperbaiki fungsi kerja ginjal.


Pengaruh Takaran Pupuk Kandang dan Interval Pemberian Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Linn)

Pengaruh Takaran Pupuk Kandang dan Interval Pemberian Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Linn) 
Oleh: Ardi Asroh  

Abstract 
Research Effect of dosing interval Giving Manure and Fertilizer on the Growth and yield of Biological Plant Sweet Corn (Zea mays saccharata Linn.) This study is to know the effect of dosing interval manure and Biological Fertilizer Provision of Plant Growth and yield of sweet corn (Zea mays saccharata Linn.) The experiment in the village of West Baturaja Navel District Ogan Komering Ulu, for 4 months from June to September 2009. The design used in this study were randomized factorial design with the treatment manure factor (P), dosing with 3 levels of manure treatment and treatment with interval of biofertilizer (M) with 3 levels of treatment and 3 replications, in order to get 27 map combination. It is shown that the interaction between the two treatment factors (dosing interval of manure and biofertilizer) did not significantly affect all the variables of growth and yield of maize. It is also seen at doses of manure treatment factor (factor P), which also affects no significant effect on all variables observed. While the treatment factor interval of bio fertilizer (factor M) significantly affects only the variables of corn wet weight, wet weight of corn cobs, and corn cob diameter. Key words: Organic manure, biofertilizer, sweet corn 

PENDAHULUAN 
Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Linn) merupakan komoditas palawija pangan yang baru di Indonesia dan layak dijadikan komoditas unggulan agrobisnis. Prospek pengembangan usahatani jagung manis sangat cerah dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Permintaan konsumen terhadap jagung manis terus meningkat antara lain dibuktikan oleh adanya peningkatan produksi jagung nasional. Oleh karena itu, produksi tanaman jagung manis perlu ditingkatkan diantaranya melalui intensifikasi pertanian. Pemupukan merupakan salah satu program intensifikasi yang dapat memperbaiki produktifitas lahan dan tanaman. Pengambilan dan pengurasan hara secara terus menerus melalui hasil panen tanpa diimbangi dengan pengembalian hara melalui pemupukan organik dan anorganik akan menjadikan tanah semakin kurus, miskin hara dan tidak produktif (Bonazir, 2005).

pdf file

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Karet Rakyat untuk Mengikuti Program Revitalisasi Perkebunan di Kec. Lubuk Batang Kab. OKU

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Karet Rakyat untuk Mengikuti Program Revitalisasi Perkebunan di Kec. Lubuk Batang Kab. OKU
Oleh: Rosnaliza Testiana  

Abstract 
This Research aim to (1) Identifying factors influencing farmer of rubber follow Program of Revitalization in Subdistrict of Lubuk Batang Ogan Komering Ulu, (2) Identifying factors influencing production of rubber before following Program of Revitalization in Subdistrict of Lubuk Batang Ogan Komering Ulu, (3) Counting the level of operating income of farmer of rubber accepted by farmer before following Program of Revitalization in Subdisdtrict of Lubuk Batang Ogan Komering Ulu. Result of research indicate that from factors entered into function model binary logit obtained that mount education, and the earnings, having an effect on positive to rubber farmer decision in following Program Revitalization. While experience have an effect on negative to rubber farmer decision in following program revitalization. Produce people rubber in Subdistrict of Lubuk Batang of Regency of Ogan Komering Ulu is manifestly influenced by farm, labor, urea, TSP herbicide And. While and KCl capital do not have an effect on to people rubber production. While earnings mean obtained by a people rubber farmer in Subdistrict of Lubuk Batang of Regency of Ogan Komering Ulu during year 2008 is equal to 19.424.685,56 with value R/C equal to 5,02. Key words: Rubber farmer, revitalization,farmer income

PENDAHULUAN
Tanaman Karet di Propinsi Sumatera Selatan merupakan komoditas strategis untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakatnya. Kontribusi penyerapan tenaga kerjanya cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk Sumatera Selatan yaitu 432 ribu orang atau 25 persen yang menggantungkan hidupnya pada komoditas ini (Forum Bersama Pembangunan Perkebunan Sumsel, 2006). Program Revitalisasi Perkebunan adalah salah satu upaya pemerintah dalam percepatan dan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan melibatkan perusahaan di bidang usaha perkebunan sebagai mitra pengembangan dalam pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran hasil (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ogan Komering Ulu, 2008).

Upaya Peningkatan Produktivitas Tanah Pada Lahan Kering Di Kabupaten Ogan Komering Ulu

Upaya Peningkatan Produktivitas Tanah Pada Lahan Kering Di Kabupaten Ogan Komering Ulu
Oleh: Nurlaili

Abstract OKU Regency has Tofografi and altitude ranges from 100 to 1000 meters above sea level. OKU Regency form varies from flat to hilly or from 0-2% to above 40%. Dry area that has a slope of less than 15% can be developed for crop year, while the land has slope 15 to 40% annual crops can be developed, while the land that has a greater slope 40% should be left as a forest that serves as a regional water absorption. Type of soil in areas dominated by OKU Regency Podsolik good soil Podsolik Red Yellow, Red yellow and Brown. While climate has a wet tropical climate and the temperature varies between 22 to 31 oC. The development of dryland agriculture often face many obstacles, including land biophysical constraints that are usually closely related to soil conditions are less favorable for plant growth and is an indicator of the low productivity of land. Obstacles include sensitive land erosion and poor sifik properties, chemical and biological soil. Efforts that can be done to improve the productivity of land include: (1) erosion control, (2) improvement of soil physical properties, (3) improvement of soil chemical properties, and (4) improvement of soil biological properties. These efforts need to be comprehensive by taking into account the priority scale, efficiency, and effectiveness of a technology that will be applied. Key words: Productivity of land, dry land 

PENDAHULUAN 
Indonesia pernah mencapai swasembada beras pada tahun 1984 berkat pelaksanaan program intensifikasi melalui kegiatan peningkatan ketersediaan air irigasi dan penerapan teknologi maju, seperti: pengelolaan tanah yang tepat (penerapan teknik konservasi, pengelolaan bahan organik, pengapuran, pemupukan), penggunaan varietas unggul, pengendalian hama penyakit, penanganan pascapanen, penggunaan alsintan, rekayasa sosial, dan lain-lain.

Alternatif Pengelolaan Unsur Hara P (Fosfor) Pada Budidaya Jagung

Alternatif Pengelolaan Unsur Hara P (Fosfor) Pada Budidaya Jagung
Oleh: Novriani

Abstract 
Maize is the main basic food materials in Indonesia, which has a very important position after rice. Maize production in Indonesia has yet to achieve food self-sufficiency. To achieve that required the proper cultivation techniques and to provide sufficient nutrients for growth of maize. One of the most necessary nutrient availability, especially in acid soils is a soil-nutrient phosphorus. Phosphorus plays an important role in increasing the growth of corn from the vegetative phase until the generative phase. There are many ways that can be done to meet the nutrient needs of phosphorus in the soil among the addition of organic fertilizer, inorganic fertilizer, biological fertilizer and soil conditions in order to maintain stable soil pH remained neutral for example, soil erosion can be addressed with conservation techniques and to maintain soil moisture. Key words: Maize, phosphorus, fertilizer 

PENDAHULUAN 
Jagung (Zea mays) merupakan tanaman serelia yang tumbuh hampir diseluruh dunia dan tergolong spesies dan veriabilitas genetik yang besar. Tanaman jagung berasal dari Amerika dan berkembang ke Spanyol, Portugis, Italia dan bagian timur Afrika. Pertama kali tanaman jagung dikenal di Indoensia empat ratus tahun yang lalu dibawa oleh orang Portugis dan Spanyol (Surapto HS dan Marzuki RHA, 2002). Peranan jagung di Indonesia cukup penting sebagai tanaman pangan yang menempati urutan kedua setelah padi. Hasil biji jagung digunakan sebagai makanan pangan juga digunakan sebagai makanan ternak dan bahan baku industri. Tanaman jagung di samping sebagai penghasil biji, juga dibudidayakan sebagai penghasil hijauan pakan ternak dan bisa juga sebagai pupuk organik (Mattobi, 2004). Produksi jagung tahun 2009 diperkirakan 18,12 juta ton pipilan kering. Dibandingkan produksi tahun 2008, terjadi kenaikan 522,86 ribu ton atau 2,97 persen. Kenaikan produksi pada 2010 diperkirakan terjadi karena naiknya luas panen seluas 67,83 ribu hektare atau 1,63 persen, dan produktivitas sebesar 0,56 kuintal per hektare atau 1,32 persen. Tetapi ini belum mencapai swasembada pangan karena kebutuhan jagung di Indonesia cukup tinggi (BPPS, 2009).

Respon Petani Kopi Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Terhadap Fluktuasi Harga dan Iklim Suatu Pendekatan Model

Respon Petani Kopi Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Terhadap Fluktuasi Harga dan Iklim Suatu Pendekatan Model
Oleh: Munajat 

Abstract This research is to find out coffee farmers response (reflected from the farm area) with the fluctuation of coffee price and the rival plant (pepper and cacao) and the rain fluctuation as the climate of proxy. South Ogan Komering Ulu has been taken as the object because of its famous as coffee area in South Sumatera. The data use time series (1995-2008) with descriptive method and explanatory research. This study use supply response which change the plant area into the field area as distributed lag with nerlove study. The result shows that the coffee farmer in South OKU really responsed with the price fluctuation and climate. The change of coffee price and pepper as the rival commodity will influence the coffee plant area. Its happened also with the climate as the proxy, its also influenced the response of the farmer to add the coffee plant area. Its not same with the cacao because its not influenced the farmers decision to add the plant area. Key words: Coffee farmers response, price fluctuation, nerlove models 

PENDAHULUAN 
Perkebunan kopi menjadi salah satu andalan utama komoditi ekspor dari sektor perkebunan dan memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan asli daerah Sumatera Selatan. Selain itu perkebunan kopi telah menjadi salah satu sumber penghidupan bagi petani kopi, pedagang kopi, industri pengolahan kopi dan eksportir kopi di Propinsi Sumatera Selatan. Beberapa tahun terakhir ini komoditi kopi menjadi bahan pembicaraan di tingkat nasional akibat fluktuasi harga yang cukup tajam, ketidak pastian produksi, mutu produksi dan kurang baiknya pengelolaan paska panen, disamping itu terjadi pergeseran lahan dari komoditi usahatani kopi ke usahatani perkebunan lainya seperti lada, kakau, cengkeh, panili dan lain sebagainya yang dilihat dari sisi harga komoditi tersebut cukup stabil sepanjang tahun bahkan terjadi kenaikan.

Pengaruh Pemupukan Terhadap Genotipe Hasil Seleksi Galur Jagung (Zea Mays L) Terhadap Penyakit Bulay (Pheronascelesphora maydis) di Lahan Marjinal

Pengaruh Pemupukan Terhadap Genotipe Hasil Seleksi Galur Jagung (Zea Mays L) Terhadap Penyakit Bulay (Pheronascelesphora maydis) di Lahan Marjinal
Oleh: Firnawati Sakalena 

Abstract This research was conducted to obtain an efficient lines of maize selection of nutrients, and high yielding, against diseases bulay on marginal land. This research was conducted from December 2008 until March 2009 in Hall of Integrated Agro Technology (ATP), Bakung Village, North Inderalaya District, Ogan Ilir regency, South Sumatra. This research method using Randomized Block Design (RBD). With four replications and the treatment of Recurrent Selection selection of 107 strains, derived from four parental varieties (Sukmaraga, Lamuru, Bhishma, Heroine White), and six entries of complex corn base population. The results of this study showed that genotype had a high yield disease resistant to as many as 16 strains bulay compared with four varieties of elders is a variety Bhishma (B) with a conversion yield per hectare of 6.61 tons and there are 46 lines / genotypes that have a high yield and tolerance in conditions of the Sub-Optimum fertilization but not resistant to disease than the parental varieties are Bulay Yellow Heroine (K) with a conversion yield per hectare of 5.90 tons. There is a relationship between downy mildew with the result that if a large percentage of mildew attack then the result will be low and vice versa a small percentage of downy mildew attacks the hasinya will be high. Downy mildew is the outcome of the selection lines grown both in conditions of sub-optimal fertilization and optimal fertilization conditions. Key words: Disease bulay, fertilizing, efien nutrients, resistant, genotypes, strains

PENDAHULUAN
Perbaikan varietas jagung sampai saat ini lebih banyak ditekankan pada peningkatan potensi hasil. Dengan beragamnya agroekologi target pengembangan jagung, maka perbaikan genetik juga dilakukan untuk mengatasi cekaman lingkungan. Sehingga untuk lahan kering marjinal pengembangan varietas unggul diarahkan pada varietas unggul jagung yang berdaya hasil tinggi, toleran atau tahan cekaman biotis dan abiotis.(Kasim, 2002).

pdf file

Analisis Peran Ibu Rumah Tangga dalam Mewujudkan Diversifikasi Pangan Pada Tingkat Rumah Tangga di Desa Kotabaru Kecamatan Martapura OKU Timur

Analisis Peran Ibu Rumah Tangga dalam Mewujudkan Diversifikasi Pangan Pada Tingkat Rumah Tangga di Desa Kotabaru Kecamatan Martapura OKU Timur
Oleh: Fifian Permata Sari 

Abstract The purposed of this research is to find out family food diversification in Kota Baru, West OKU, and to analyse the factors that influenced women contribution to diversificated the family food. This research done in Kota Baru, West OKU with the case study that the diversification and the women contribution as the one case and simple random sampling as the MPC with 30 respondent. The result shows that food diversification on family stage is rice-singkong-corn-noodle. The factors that influenced are the family income, women age, women education and the member of the family. Key words: Food diversification, women contribution

PENDAHULUAN
Menurut Hardyastuti (2002), mempercepat diversifikasi pangan dapat ditempuh dengan jalan merubah kebiasaan konsumsi dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor apa (ekonomi, budaya, dan sosial) yang mempengaruhi preferensi konsumen dalam konsumsi serta mengidentifikasi kendala dalam melakukan diversifikasi. Dalam konteks Indonesia diversifikasi pangan sering diartikan sebagai pengurangan konsumsi beras yang dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan pangan non beras. Salah satu alasan pentingnya diversifikasi pangan bahwa dalam lingkup nasional pengurangan konsumsi beras akan memberikan dampak positif terhadap ketergantungan impor beras dari negara lain (Suyastiri, 2008). Indonesia kaya beraneka ragam sumber bahan pangan baik nabati maupun hewani guna pemenuhan kebutuhan gizi untuk kesehatan masyarakat. Umumnya masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras sebagai pangan pokok sebagai sumber karbohidrat, sehingga ketergantungan pada beras semakin besar. Ibu rumah tangga mempunyai peranan yang sangat starategis dalam mewujudkan program pemerintah dalam hal diversifikasi pangan pada tingkat rumah tangga. Ibu rumah tangga adalah pengatur konsumsi dan pengeluaran dari rumah tangga. Oleh karena itulah maka menarik untuk dilakukan kajian pola diversifikasi pangan rumah tangga di Desa Kota Baru Kecamatan Martapura Ogan Komering Ulu Timur. Serta analisis peran ibu rumah tangga dalam mewujudkan diversifikasi pangan pada tingkat rumah tangga di Desa Kota Baru Kecamatan Martapura Ogan Komering Ulu Timur.

pdf file

Keberhasilan Okulasi Bibit Rambutan dengan Keberhasilan Okulasi Bibit Rambutan dengan Pemberian Pupuk Urea Oleh: Burlian Hasani

Keberhasilan Okulasi Bibit Rambutan dengan Keberhasilan Okulasi Bibit Rambutan dengan Pemberian Pupuk Urea
Oleh: Burlian Hasani 

Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian beberapa takaran pupuk Urea terhadap keberhasilan okulasi bibit rambutan. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Gandus Palembang. Waktu pelaksanaannya dimulai pada bulan Juli 2008 sampai bulan Oktober 2008. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan yang diulang 6 kali, dengan beberapa takaran pupuk urea yang disusun sebagai berikut: A = 0,0 gram; B = 2,5 gram; C = 5,0 gram; D = 7,5 gram; E = 10,0 gram. Berdasarkan analisis statistika perlakukan urea lima gram menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan urea 10 gram dalam persentase keberhasilan okulasi. Perlakuan lima gram juga berbeda sangat nyata dengan kontrol, dan waktu pembentukan payung daun. Sedangkan jumlah daun menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara perlakuan urea 10 gram dan kontrol perlakuan C (urea lima gram) secara keseluruhan menunjukkan hasil yang lebih baik. Key words: Rambutan, pupuk, okulasi, RAK

PENDAHULUAN
Rambutan (Nephelium lappaeceum L.) meruapakan salah satu jenis buah-buahan yang hasilnya cukup baik untuk dikembangkan, buah rambutan sangat digemari masyarakat karena rasanya lezat dan bernilai gizi tinggi (Soeseno, 1985). Adapun nilai gizi yang dikandung dalam 100 gram buah rambutan segar diantaranya: kalori 54 gram; putih telur :1 gram; lemak 0,1 gram; zat asam arang 12,3 gram; zat kapur 0,028 gram; vitamin C 3,55 gram; dan air 28,87 gram. (Departemen Pertanian, 1985). Penanaman rambutan oleh petani-petani di Indonesia masih ditemukan hambatan-hambatan diantaranya, kurang adanya peremajaan tanaman, cara bercocok tanam belum melaksanakan Panca Usaha Tani, dan kurang mendapat penyuluhan di bidang Hortikultura (Departemen Pertanian, 1985). Rambutan merupakan buah-buahan tahunan, apabila ditanam dari biji lazimnya baru berbuah pada umur 8 tahun sampai 10 tahun. Apabila menanam rambutan dari biji maka hasilnya ada tiga kemungkinan pertama pohon yang dihasilkan adalah pohon betina, dan baru berbuah kalau didekatnya ada pohon jantan, kedua pohon jantan saja yang selamanya tidak akan berbuah dan ketiga pohon yang berumah satu (Tohir, 1983).

pdf file

Analisis Perbandingan Kontribusi Pendapatan Usaha Tani Kacang Panjang (Vigna sinensis) dan Buncis (Phaseolus vulgaris) Terhadap Pendapatan Petani di Desa Batumarta VII Kec. Madang Suku III Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur

Analisis Perbandingan Kontribusi Pendapatan Usaha Tani Kacang Panjang (Vigna sinensis) dan Buncis (Phaseolus vulgaris) Terhadap Pendapatan Petani di Desa Batumarta VII Kec. Madang Suku III Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur
Oleh: Septianita 

Abstract The aim of this research is to count how big production cost and contribution of farmer earnings which trying farmer of Vigna sinensis and effort farmer of Phaseolus vulgaris to farmer earnings in countryside of Batumarta VII. The result of this research showing is that average cost released to produce the Vigna sinensis of extend of season plant equal to Rp. 4.047.223,- and to produce the Phaseolus vulgaris of extend of season plan equal to Rp.3.246.167,- expense released to yield the higher Vigna sinensis when compared to by a production cost Phaseolus vulgaris. Earnings of mean farmer Vigna sinensis of season plant to give the contribution at family earnings of equal to Rp.4.022.501,- or 60,58 gratuity and farmer earnings from effort farmer Phaseolus vulgaris give the contribution at earnings of farmer family equal to Rp.6.487.166,- or 53,97. Key words: Comparison, contribution, earning, farming

PENDAHULUAN
Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Penyerapan tenaga kerja dan devisa negara subsektor pertanian tanaman pangan selama ini telah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap peningkatan produksi pangan, penyimpanan bahan baku industri, peningkatan ekspor dan pendapatan petani. Diharapkan pada tahap-tahap yang akan datang, peranan subsektor tanaman pangan memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian nasional (Departemen Pertanian, 2008). Negara Indonesia sebagai negara agraris menjadikan sektor pertanian berperan sangat penting sekali dalam kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia, oleh karena itu pertanian pada saat ini lebih diarahkan pada perkembangan pertanian yang maju dan efisien. Kegiatan usaha tani bertujuan untuk mencapai hasil produksi dibidang pertanian, hasil produksi tersebut akan dinilai dengan uang, dengan perhitungan harga jual produksi dikurangi dengan biaya yang telah dikeluarkan (Hernanto, 1995). Besar kecilnya pendapatan tergantung pada biaya produksi yang dikeluarkan dan harga produksi dimana pendapatan yang diperoleh petani digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan modal usaha tani selanjutnya.

pdf file

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit (Elaeis quinensis Jack) dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Makartitama Kec. Peninjauan Kab. OKU

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit (Elaeis quinensis Jack) dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Makartitama Kec. Peninjauan Kab. OKU
Oleh: Septianita

Abstract The research aim to to know the factors influencing coconut production of sawit and to know contribution storey;level earnings of coconut farming of sawit. to earnings of family. The result of research indicate that from result analyse there is two variable having an effect on reality that is wide of seeds amount and farm while labour factor, fertilize herbicide and urea have an effect on do not reality. ursuant to research is also got that accepted earnings is farmer follow the example of coconut farming of sawit [in] countryside of Makartitama per hectare equal to Rp.7.718.341,66. Level of contribution earnings of farmer to earnings of farmer family follow the example of equal to Rp. 7.718.341,66 per year or 76,89%, while contribution earnings of farmer of other effort is equal to Rp. 1.245.183,33 per year or 12,41% and external earnings contribution of farming equal to Rp. 1.073.333,30 or 30,69%, with value of R/C equal to Rp 4,55 with the meaning that each;every Rp 1,00 production cost will give acceptance equal to Rp 4,55. Key words : Production, contribution, coconut farming of sawit, earnings of farmer, wide farm.

PENDAHULUAN
Memasuki era orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebagai sektor penghasil devisa negara. Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 ha dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan program perkebunan inti rakyat perkebunan (PIR-bun). Perkembangan perkebunan semakin pesat lagi setelah pemerintah mengembangkan program lanjutan yaitu PIR-Transmigrasi sejak tahun 1986. Program tersebut berhasil menambah luas lahan dan produksi kelapa sawit. Pada tahun 1990-an, luas perkebunan kelapa sawit mencapai lebih dari 1,6 juta hektar yang tersebar di berbagai sentra produksi, seperti Sumatera dan Kalimantan Potensial areal perkebunan Indonesia masih terbuka luas untuk tanaman kelapa sawit. Data dilapangan menunjukkan kecenderungan peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit khususnya perkebunan rakyat. Pertumbuhan perkebunan rakyat pada periode tiga puluh tahun terakhir mencapai 45,1% per tahun, sementara real perkebunan negara tumbuh 6,8% per tahun, dan areal perkebunan swasta tumbuh 12,8% per tahun (Fauzi, 2002).

pdf file

Zat Pengatur Tumbuh Asam Giberelin (GA3) dan Pengaruh Terhadap Perkecambahan Benih Palem Raja (Roystonea regia)

Zat Pengatur Tumbuh Asam Giberelin (GA3) dan Pengaruh Terhadap Perkecambahan Benih Palem Raja (Roystonea regia)
Oleh: Dora Fatma Nurshanti

Abstract This research aim to to know influence of regulator Iihat vitamin grow acid of giberelin to germination of king palm seed (Regia Roystonea). This Research is executed in garden attempt of Faculty Of Agriculture University of Baturaja Jl. A. Yani km.8, execution time of executed in November 2006 up to January 2007.Metode used at this research use Random Device of compiled Group at random by 5 restating and 5 treatment. Peubah perceived is time growed sprout, high of sprout, presentase grow sprout, amount of root length and roots. Result of this research indicate that perendaman of king palm seed [at] acid of giberellin with concentration 75 ppm yield growth of length grow on and amount of king palm seed roots of dengannilai compared to highest of other treatment. Key words: Sour of giberelin, perendaman, king palm seed

PENDAHULUAN
Palem Raja (Roystonea regia) merupakan tanaman yang berbatang tunggal dan tegak lurus. Ramping, anggun dan gagah kesan yang diberikan palem raja, sehingga banyak orang yang menyukai dan menanamnya sebagai penghias taman di perumahan, perkantoran maupun di tempat-tempat hiburan, hal inilah yang menyebabkan pohon palem mempunyai nilai ekonomis yang tinggi (Anonim, 1995). Pohon palem raja mempunyai sifat kehidupan yang soliter (tidak mempunyai rumpun, oleh sebab itu perbanyakkannya hanya melalui cara generatif yaitu perbanyakan melalui biji (Anonim, 1995). Perbanyakan cara genegetatif yaitu melalui biji tanaman banyak menghadapi kendala, salah satu kendalanya adalah sifat permeabilitas kulit biji tanaman sehingga menyebabkan adanya sifat dormansi pada biji. Dormansi adalah keadaan dimana sebuah biji dikatakan hidup tetapi tidak dapat berkecambah. Hal ini disebabkan oleh faktor - faktor dalam biji itu sendiri, kemungkinan kulit biji yang kedap air dan udara atau karena adanya zat penghambat perkecambahan (Redaksi Rineka Cipta, 1992). Keadaan dormansi pada benih apabila dipandang dari segi ekonomis tidak menguntungkan, oleh karena itu diperlukan cara untuk dapat mempersingkat dormansi tersebut. Pemecahan dormansi dan penciptaan lingkungan yang ideal sangat diperlukan oleh benih untuk memulai suatu perkecambahan. Berbagai perlakuan dapat diberikan pada biji, baik mekanis maupun kimia (Sutopo, 1993).
Penggunaan hormon tumbuh dapat digunakan untuk menambah kadar hormon yang telah ada dan juga untuk meningkatkan daya kecambah benih(Redaksi Rineka Cipta, 1992). Selanjutnya ditambahkan oleh Prawinata et al., (1998), perkecambahan sebagian benih dorman dapat didorong dengan memberikan zat pengatur tumbuh seperti Asam Giberelin.

pdf file

Pertanian Organik Menuju Pertanian Berkelanjutan

Pertanian Organik Menuju Pertanian Berkelanjutan
Oleh: Nurlaili

Abstract Soil, a three phase system consists of water, air, mineral and organic substance and has physical, chemical, and biological features. It has specific morphology features so that it plays role as growing place for plants. Soil is also a resource that can be use to prosper human because it produces food, clothing, medicine, etc. Animal depends on plant growth on soil. Key words: Soil, environment, plant,organic

PENDAHULUAN
Meningkatnya kegiatan produksi biomassa (tanaman yang dihasilkan kegiatan pertanian, perkebunan dan hutan tanaman) yang memanfaatkan tanah yang tak terkendali dapat mengakibatkan kerusakan tanah untuk produksi biomassa, sehingga menurunkan mutu serta fungsi tanah yang pada akhirnya dapat mengancam kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Isu pelestarian lingkungan kini begitu kuat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sehingga segala usaha atau tindakan yang berkaitan dengan pembangunan perlu memasukkan unsur pelestarian ke dalamnya. Berkaitan dengan hal itu, teknologi pertanian yang banyak menimbulkan efek negatif terhadap keseimbangan ekosistem perlu ditinjau kembali untuk dicarikan jalan keluar atau penggantinya. Pertanian Organik, Pengendalian hama terpadu, dan biopestisida merupakan cara-cara alternatif dalam menuju pertanian berwawasan lingkungan. Pada mulanya penemuan pestisida disambut penuh harap, seakan pestisida mampu menyelesaikan masalah hama tanaman tanpa menimbulkan dampak merugikan terhadap lingkungan setelah muncul hama yang resisten terhadap pestisida, terbunuhnya organisme bukan sasaran, munculnya hama sekunder, dan terjadinya pencemaran lingkungan, masyarakat baru menyadari bahwa masalah pestisida tidak sesederhana yang dipikirkan. Pestisida merupakan bahan pencemar paling potensial dalam budi daya tanaman. Oleh karena itu, perannya perlu diganti dengan teknologi lain yang lebih berwawasan lingkungan. Pemakaian bibit unggul, pupuk anorganik, dan pestisida memang mampu memberikan hasil yang tinggi. Swasembada beras yang dicapai Indonesia pada beberapa tahun yang lalu tidak terlepas dari ketiga hal tersebut. Namun, tanpa disadari praktek ini telah menimbulkan masalah dalam usaha pertanian itu sendiri maupun terhadap lingkungan.

pdf file

Percepatan Pengembangan Agroindustri di Era Otonomi Daerah; Suatu Pendekatan Kajian Konsep

Percepatan Pengembangan Agroindustri di Era Otonomi Daerah; Suatu Pendekatan Kajian Konsep
Oleh: Fifian Permata Sari

Abstract This research aims to know the strategy and agroindustry policy movement in district autonomy with literature concept appearance. The strategy are agroindustry movement in district autonomy where the district potency and the power of the head as a “core” from the concept which some kind of propositions, are policy, market, financy, infrastructure, research, movement, production and processing, one by one explained. Key words: Agroindustry, district autonomy, movement


PENDAHULUAN Sesudah pemilu legislatif berakhir maka sudah saatnya bangsa ini fokus kembali memikirkan masalah pembangunan yang dihadapi. Permasalahan klasik yang utama adalah sektor pertanian Sektor ini masih menjadi tumpuan sebagian besar masyarakat Indonesia, tetapi sebagai besar pelaku sektor ini berada dalam berbagai tekanan sehinga sulit berkembang (Anindita dan Haryanto, 2004). Suatu terobosan sebagai salah satu alternatif guna meminimalakan bahkan menghilangkan berbagai tekanan tersebut adalah dilakukan dengan percepatan pengembangan agroindustri di daerah bahkan di pedesaan. Banyak kajian telah dilakukan, sesungguhnya betapa pentingnya agroindustri bagi pembangunan nasional. Sektor ini bukan saja mampu meningkatkan pendapatan para pelaku agribisnis, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan perolehan devisa melalui peningkatan ekspor hasil pertanian tetapi juga mampu mendorong munculnya industri yang lain. Oleh karena itu sebagai salah satu motor pengerak pembangunan pertanian, agroindustri diharapkan dapat memainkan peran penting dalam kegiatan pembangunan daerah, baik dalam sasaran pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi maupun stabilitas nasional dalam suasana era otonomi daerah saat ini. Namun harapan besar tersebut tentunya perlu melihat potensi yanga ada. Untuk mengubah potensi tersebut menjadi kenyataan, berbagai aspek harus dikaji lebih mendalam, apakah agroindustri yang akan dikembangkan dapat menjalankan perannya seperti yang diharapkan. Sejatinya pembangunan pertanian yang dikaitkan dengan pengembangan industri pertanian perlu diarahkan ke wilayah pedesaan. Pengembangannya pun perlu dilakukan skala prioritas yang pertumbuhan agroindustrinya mampu menangkap efek ganda (multy effec) yang tinggi baik bagi kepentingan pembangunan nasional, khususnya perekonomian darah dan pembangunan pedesaan
(Soekartawi, 2000).

pdf file

Analisis Usahatani dan Pemasaran Lada (Piper Nisrum L.) Di Desa Tanjung Durian Kec. Buay Pemaca Kabupaten OKU Selatan

Analisis Usahatani dan Pemasaran Lada (Piper Nisrum L.) Di Desa Tanjung Durian Kec. Buay Pemaca Kabupaten OKU Selatan
Oleh: Yetty Oktarina

Abstract Analysing factors influencing production of usahatani peppercorn in Countryside Foreland Durian District Of Buay Pemaca Sub-Province of OKU South 2. Knowing storey level of marjin marketing of peppercorn which in Countryside Durian Sub-Province foreland of OKU South 3. Analysing storey level advantage of peppercorn usahatani in Countryside Durian Sub-Province foreland of OKU South In line with above target, usefulness of this research result is expected can give consideration or information in the plan peppercorn usahatani for the shake of improving level live farmer of peppercorn. Pursuant to done research result hence can be pulled by a conclusion as following 1. wide of Factors of production farm, seed, and manure of urea have an effect on reality while herbicide and labour have an effect on real do not to peppercorn production 2. told Marketing Marjin profit is channel of III where price sell is higher the than other channel with storey;level of marjin marketing equal to Rp 3.500 the mentioned because of channel of III compared to shorter other channel 3. Advantage storey;level obtained by farmer with peppercorn usahatani equal to 38,15 times; rill of expense which in releasing for the usahatani of peppercorn. Key words: Usahatani, influencing production, peppercorn

PENDAHULUAN
Pembangunan pertanian merupakan salah satu proses yang dinamis untuk meningkatkan sektor pertanian guna untuk menghasilkan bahan pangan yang cukup guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk itu kita perlu menggunakan sumber daya yang ada seperti manusia, modal, organisasi, teknologi dan pengetahuan untuk memanfaatkan dan sekaligus melestarikan sumber daya alam guna menjamin kesejahteraan dalam kelangsungan hidup petani dan bangsa (Soekartawi, 1995). Sektor pertanian merupakan bidang kehidupan yang paling vital. Begitupun dengan Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang membangun, di mana dominan penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian, maka wajar kalau dalam beberapa Pelita, sektor pertanian selalu didudukkan pada prioritas yang utama. Peranan sektor pertanian, di samping tercatat sebagai sumber devisa yang cukup besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduknya (Sastraatmadja, 1999). Sebagai komoditas ekspor, lada mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga perspektif tanaman lada terhadap ekonomi daerah maupun nasional sangat besar. Di samping sebagai sumber devisa juga sebagai penyedia lapangan kerja dan pemenuhan bahan baku industri. Dalam kelompok rempah, lada merupakan komoditas primadona sebagai penghasil devisa tertinggi sehingga prospek lada masih cukup cerah. Prospek suatu komoditas akan ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran pada tahun-tahun yang akan datang.

pdf file

Pengaruh Waktu Pemangkasan Daun dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jangung (Zea mays L.)

Pengaruh Waktu Pemangkasan Daun dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jangung (Zea mays L.)
Oleh: Ardi Asro, Nurlaili dan Fahrulrozi

Abstract Corn plays important role as food plant. It is on the second place after rice. Corn seeds can be used as foodstuff, woof and raw material for industry. Corn is cultivated not only as seed producer but also as verdant livestock food. Corn consumption always rises. The increasing of corn need is in accordance with population growth and the raising of livestock woof need, where 52,4% of woof is from corn. National production can not cover the demand in that we import 1,26 million ton. Key words: Corn, food, production, consumption

PENDAHULUAN
 Masih rendahnya produksi jagung nasional antara lain disebabkan belum meluasnya penggunaan varietas unggul, minimnya permodalan petani serta pemakaian pupuk dan cara bercocok tanam yang belum memenuhi anjuran. Untuk memenuhi kebuthan yang terus meningkat, upaya peningkatan produksi jagung perlu mendapat perhatian yang lebih besar hingga terwujudnya swasembada jagung (Suprapto dan Marzuki, 2002). Untuk mengatasi kesenjangan atara produksi dan konsumsi maka usaha-usaha peningkatan produksi jagung harus menerus dilakukan, terutama perbaikan teknik bercocok tanam. Bercocok tanam jagung adalah usaha turut campur tangan manusia di dalam pengelolaan tanaman jagung, sehingga kelak dapat diperoleh hasil yang diharapkan. Dalam usaha pengelolaan tanaman jagung perlu dipersiapkan beberapa hal yang dapat menunjukkan keberhasilan penanaman jagung. Pemberian jarak tanam penting dilakukan guna mendapatkan produksi yang maksimum. Pada jarak tanam tertentu tidak lagi dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi melainkan menurunkan hasil produksi tanaman (Jumin, 2005). Kerapatan jarak tanam yang tumbuh dan dipanen dalam satuan luas sangat mempengaruhi produksi tanaman. Tanaman jagung yang ditanam varietas unggul hendaknya ditanam dengan populasi yang rendah (Adisarwanto dan Widiastuti, 2004). Pemilihan jarak tanam sangat tergantung dengan kesuburan tanah, daya tumbuh beni, varietas yang ditanam dan ketersediaan benih. Pemberian jarak tanam yang jarang akan menyebabkan gulma mudah tumbuh diantara tanaman, bila benih banyak tidak tumbuh mengakibatkan jumlah tanaman semakin rendah sehingga tidak mendapatkan produksi yang optimal (Sumarno, 1987). Penanaman dengan jarak tanam bertujuan agar populasi tanaman mendapatkan bagian yang sama terhadap unsur hara yang diperlukan dan sinar matahari, sehingga didapatkan ruang pertumbuhan yang seragam dan memudahkan dalam pemeliharaan.

pdf file

Pertanian Organik dan Teknologi Pendukungnya

Pertanian Organik dan Teknologi Pendukungnya
Oleh: Gribaldi

Abstract People specially who concern about health pay more attention on organic agriculture. It indicates that there is potential market to penetrate. In Indonesia, organic agriculture has not been implemented optimally, but some horticulture such as organic vegetable has been produced dan marketed in limited volume. Therefore, readiness of technology to support organic agriculture production need to be analyzed. Preparing organic agriculture technology should notice on: soil resource, seed, fertilization, mark zone Key words: technology, organic agriculture, cultivation

PENDAHULUAN
Pertanian organik semakin mendapat perhatian dari sebagian masyarakat baik di negara maju maupun negara berkembang, khususnya mereka yang sangat memperhatikan kualitas kesehatan, baik kesehatan manusia maupun lingkungan. Produk pertanian organik diyakini dapat menjamin kesehatan manusia dan lingkungan karena dihasilkan melalui proses produksi yang berwawasan lingkungan. Di beberapa negara maju, pertanian organik telah menunjukkan porsi yang cukup signifikan dalam sistem produksi pangan. Misalnya di Austria, 10% dari pangan berasal dari pertanian organik, di Swiss pangan organik mencapai 7,8%,dan di beberapa negara lainnya seperti Amerika Serikat, Perancis, Jepang dan Singapura. Kemajuan dalam pertanian organik mencapai lebih dari 20% setiap tahunnya (FAO, 1999). Di Indonesia, sampai saat ini belum ada catatan yang jelas tentang produksi pertanian organik. Namun beberapa tanaman hortikultura seperti sayuran sudah mulai diproduksi dan dipasarkan di dalam negeri, meskipun masih dalam jumlah yang sangat terbatas, dengan lokasi pengembangan terbatas. Oleh karena itu, kesiapan teknologi untuk mendukung produksi pertanian organik perlu dikaji. Tulisan ini dimaksudkan untuk menunjukkan sejauh mana kesiapan teknologi budidaya pertanian organik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

pdf file

Efektivitas Penetrasi Herbisida Glysofat Terhadap Alang-Alang (Imperata clyindrica. L)

Efektivitas Penetrasi Herbisida Glysofat Terhadap Alang-Alang (Imperata clyindrica. L)
Oleh: Firnawati Sakalena

Abstract Coarse grass (Imperata Cylindrica. L) or Cogon Grass in the USA is a prime weed to cultivated plants both seasonal and yearly plant. It is hard to imagine that coarse grass, a beautiful plant with white flower, is categorized as weed plant. Coarse grass grows aggresively and molest other plant and surrounding ecosystem. Its ability to grow in fertile, infertile, humid and hot land make it easily found almost in all over Indonesia. Key words: Coarse grass, weed, cultivation, grass

PENDAHULUAN
Penyebaran alang-alang di Indonesia bisa mencapai luasan 16 juta ha dengan penambahan luasan sebesar 150.000 ha setiap tahunnya. Bisa kita bayangkan bagaimana bila tanaman tersebut tidak dibasmi, mungkin dalam waktu yang tidak lama sebagian lahan kita sudah menjadi padang rumput. Namun, tentu saja penyebaran yang tinggi tersebut bukan tanpa alasan. Tingginya luasan ilalang di Indonesia tidak terlepas dari cara bercocok tanam sistem ladang berpindah yang masih dianut oleh sebagian kecil petani kita, belum lagi kesalahan manajemen perusahaan perkebunana besar dalam meng-eksploitasi lahan yang menyisakan lahan-lahan kosong. Lahan kosong yang ditinggalkan tersebut tentu saja menjadi tidak subur, dan tanaman lain kesulitan untuk bisa beradapasi di lahan bekas eksploitasi hutan tersebut memberikan kesempatan pada ilalang untuk menempatinya dan tumbuh subur. Selama ini ada beberapa cara yang dilakukan untuk mengendalikan ilalang tersebut, baik secara mekanis maupun kimia. Secara mekanis, untuk areal yang relatif sempit sangat memungkinkan bagi kita mengendalikannya dengan bantuan alat pertanian seperti sabit atau tangan sendiri dengan mencabut hingga ke akarnya. Namun bila pengendalian dilakukan pada areal yang lebih luas, rasanya penggunaan roda penggiling merupakan cara yang paling tepat. Rumput ilalang yang ada digilas sedemikian rupa hingga rata dengan tanah , hal ini bisa mencegah ilalang tumbuh kembali.

pdf file

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogea. L) Terhadap Dosis dan Waktu Pemberian Pupuk KCL

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogea. L) Terhadap Dosis dan Waktu Pemberian Pupuk KCL
Oleh: Yulhasmir

Abstract This research aims to know respond of growth and peanut production (Arachis Hypogea. L) to dosage and fertilizing time of KCL. The research was done in June-September 2007 in experimental land of Agriculture Faculty Baturaja University. It uses 15 treatments and 3 repetitions. There are 3 treatments of fertilization : A1 (50 kg KCL/Ha), A2 (100 kg KCL/Ha), A3 (150 kg KCL/Ha), and 5 treatments of fertilizing time : B0 (0 week), B1 (0 and 5 weeks), B2 (0, 5 and 7 weeks), B3 ( 0 and 7 weeks), B4 (5 and 7 weeks). 100 kg/Ha of KCL (60 kg K2O) and 0, 5 and 7 weeks give the best result. Key words: Peanut (Arachis hypogea. L), dosage, fertilizing time of KCL PENDAHULUAN Kacang tanah merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat kita. Kacang tanah dapat diolah menjadi bermacam-macam produk, misalnya kacang goreng, kacang bawang, ampyang, enting-enting, rempeyek, dan sebagainya. Masukkan ke Indonesia oleh orang orang Cina dan tanaman ini berasal dari Amerika Selatan, dari kawasan Negara Bolivia dan Peru (Fachruddin, 2000). Kacang Tanah ( Arachis hypogea, L ) merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup penting di Indonesia ( Sarwanto, 1993). Munawir (1996) mengatakan kebutuhan kacang tanah dalam negeri menunjukkan kenaikan cukup besar, yaitu 4,4% pertahun. Untuk memenuhi kebutuhan, menekan impor dan meningkatkan ekspor maka peningkatan produksi harus dilakukan dengan cara memperluas areal tanam, baik di lahan kering maupun di lahan sawah, ini dapat tercapai bila kerja sama antara pemerintah dan petani seimbang (Sumarno, 1993). Pengolahan tanah yang baik, pemeliharaan tanaman, mencegah serangan hama dan penyakit, pengaturan populasi tanaman dan pemberian pupuk dengan jenis dan dosis yang tepat serta pengendalian gulma merupakan salah satu upaya untuk peningkatan produksi (Sumarko, 1993) Sebagai bahan pangan biji kacang tanah banyak mengandung lemak dan protein (Suprapto, 1993). Biji kacang tanah mengandung 20-30% protein, 42-55 % minyak dalam bentuk lemak, 21% karbohidrat, 5% air dan 540 kalori. Protein kacang tanah terdiri dari albumin, arakhin (63%) dan konarakhin (33%). Arakhin mengandung 0,4% sulfur dan konarakhin mengandung 1,09 % sulfur. Arakhin terutama kaya asam amino jenis threonin dan praline, tetapi miskin lisin dan methionin, konarakhin miskin phenilalanim dan ferosin (Sumarno, 1986).

selengkapnya : pdf file

Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani Tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Perdesaan (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan)

Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani Tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Perdesaan (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan)
Oleh: Amiruddin Saleh

Abstract This research aims to know relation Prima Tani media communications and accessibility of farmer institution with farmer perception about introduction technology of Rural Agribusiness Industrial. In this research to find characteristic personal, Prima Tani of media communications and accessibility of farmer institution influencing farmer perception about technology of Rural introduction Agribusiness Industrial in province of West Java and South Sulawesi. The Result shows that the nonformal education has significant correlation to the perception of cooperator farmer in West Java about introduction technology of Rural Agribusiness Industrial on biophysic, social and economic. Ages, formal and nonformal education has negative significant correlation to perception of noncooperator farmer in West Java on social and economic aspect. In South Sulawesi, formal education and experience of farm has significant correlation about cooperator farmer perception with technology introduction Rural Agribusiness Industrial on economic aspect, average income and land use field has significant correlation on social aspect. Average income and land use field has negative significan correlation with noncooperator farmer perception on social aspect, land use field has significant correlation on economic aspect. In West Java, spread out technology has significant correlation with perception of cooperator farmer on biophysic and economic aspect. Prima Tani media communications has significant correlation with perception of cooperator farmer on biophysic and social aspect. Clinic of agribusiness has significant correlation with cooperator farmer perception on biophysic and economic aspect. Spread out technological has significant correlation with perception of noncooperator farmer in West Java on social aspect. Prima Tani media communications has negative significant correlation social aspect, clinic of agribusiness has significant correlation with perception noncooperator farmer on economic aspect. In South Sulawesi, Spread out technological has significant correlation with perception cooperator on biophysic and social aspect. Prima Tani media communications and clinic of agribusiness has significant correlation with perception cooperator farmer on social and economic aspect. In West Java, benefit of farmer group has significant correlation with perception of cooperator farmer on biophysic, social and economic aspect. Advantage of farmer group has significant correlation with perception of cooperator farmer on biophysic and social aspect. Perception of noncooperator farmer on social and economic aspect has significant correlation with benefit of farmer group. Advantage of farmer group has significant correlation with perception of noncooperator farmer on social aspect. In South Sulawesi, benefit of farmer group has significant correlation on social aspect of cooperator farmer perception, Advantage of farmer group has significant correlation with cooperator farmer perception on biophysic aspect. Accessibility of farmer institution hasn’t significant correlation with noncooperator farmer perception in biophysic, social and economic aspect. Key words: Prima Tani, characteristic personal, accessibility, communication media

selengkapnya : pdf file

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani Karet Rakyat Melakukan Peremajaan Karet di Kabupaten Ogan Komering Ulu

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani Karet Rakyat Melakukan Peremajaan Karet di Kabupaten Ogan Komering Ulu
Oleh: Septianita

Abstract The research aims to know the factor that influence rubber farmer in rejuvenating and counting income accpedted by the farmer. The result shows that no rubber land width and experience factor influence to do rejuvenation, whereas income, rubber land width and worker’s amount factor do not influence. Based on the research, we can know that the income of farmer who has done rejuvenation in Lubuk Batang is Rp 3.270.178,37 and who has not done it Rp 3.015.652,55. the income for the farmer who has done rejuvenation in Peninjauan is Rp 2.905.102,73 and who has not done it Rp 1.353.750,17/year. Key words: rubber farmer, rejuvenation, farmer income, land width PENDAHULUAN Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa di Indonesia dan memiliki peran yang sangat besar dalam bidang perekonomian. Karet tidak hanya diusahakan oleh perkebunan-perkebunan besar milik negara yang memiliki areal mencapai ratusan hektar, tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat. Indonesia pernah menguasai produk karet dunia dengan mengalahkan negara-negara lain dan negara asal tanaman karet itu sendiri di daratan Amerika Latin. Di Sumatera Selatan, sebagian besar perkebunan didominasi oleh perkebunan rakyat. Luas areal perkebunan karet Sumatera Selatan sebagian besar (90 persen) dikuasai oleh rakyat. Demikian pula halnya dengan produksi yang dihasilkan, perkebunan rakyat masih lebih dominan dibandingkan dengan perkebunan besar baik milik negara maupun swasta (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, 2004). Dilihat dari perkembangan terhadap tanaman tua atau tanaman yang rusak dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2002 tidak banyak berubah yang berarti antara tahun 1999 sampai dengan tahun 2002 peremajaan tanaman karet belum dilakukan. Petani karet di Kabupaten Ogan Komering Ulu belum melakukan permajaan terhadap tanaman yang sudah tua atau rusak terbukti dengan semakin luasnya areal tanaman yang rusak (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten OKU, 2004). Untuk mengetahui faktor yang menjadi penyebab belum sepenuhnya peremajaan tanaman karet dilakukan oleh petani maka perlu dilakukan suatu penelitian.

selengkapnya : pdf file