Rabu, 21 November 2012

Tanggap Beberapa Klon Anjuran dan Periode Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brassilliensis Muell. Arg.) dalam Polibag

Tanggap Beberapa Klon Anjuran dan Periode Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brassilliensis Muell. Arg.) dalam Polibag
Oleh: Nurlaili

Abstract The research aims to know response of some suggested clone and water drop period to rubber seed growth in polibag. This research done in February – May 2008, in Agriculture Faculty University of Baturaja. The research uses complete random design (RAL) factorial 9 combination of treatment and 3 times repetition. There are three showering: A1 (once in two days), A2 (once in three days) and A3 (once in four days) and three rubber clone types: K1 (clone GT.1), K2 (clone PB 260) and K3 (clone IRR 118). Variables in this research are plant height increase, leaves amount increase, leave width increase, dry weight crown increase, dry weight root increase and ratio of crown and root (S/R ratio). The result of F-test is water drop period influence the plant height, leave amount increase, leave width increase and dry weight crown, meanwhile the clone only influence the plant height. The conclusion is water drop once in two days give the best effect in plant height increase, leave amount increase, leave width increase and dry weight crown increase in polybag. Clone PB 260 (K2) usage give the best effect to rubber seed growth in polybag, followed by clone IRR 118 (K3) then clone GT.1 (K3). Water drop once in two days to clone PB 260 (A1K2) give the best effect to rubber seed growth in polybag. Key words: suggested clone, rubber seed, polybag, RAL PENDAHULUAN Tanaman karet di Indonesia penanamannya telah meluas baik dalam bentuk perkebunan rakyat maupun dalam bentuk perkebunan besar. Karet alam didominasi oleh karet rakyat dimana luas areal karet rakyat tersebut meliputi 84% dari total areal dan produksinya mencapai 74% dari total produksi (Budiman, 2002). Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan pada tahun 2007 menjadi 3,5 juta ton. Pendapatan non-migas ini pada tahun 2007 mencapai US$ 6,65 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan non-migas (Bank Indonesia, 2007). Peningkatan produktivitas perkebunan karet Indonesia sejak tahun 1963 hingga sekarang sudah mulai membaik, hal ini diakibatkan dari adanya perhatian pemerintah terhadap peremajaan tanaman karet dengan menggunakan klon-klon unggul anjuran dan perbaikan ekonomi petani karet (Paimin dan Nazaruddin, 1992). Selanjutnya, upaya peningkatan kwalitas dan kuantitas karet yang optimal, juga harus ditunjang oleh ketersediaan bibit yang berkualitas dari klon-klon unggul (Chatib, 2007).

selengkapnya : pdf file

0 komentar:

Posting Komentar