'www.unbara.ac.id'

Fakultas Pertanian

'www.unbara.ac.id'

Fakultas Pertanian

'www.unbara.ac.id'

Fakultas Pertanian

'www.unbara.ac.id'

Fakultas Pertanian

'www.unbara.ac.id'

Fakultas Pertanian

Rabu, 21 November 2012

Peranan Rhizobium dalam Meningkatkan Ketersediaan Nitrogen bagi Tanaman Kedelai

Peranan Rhizobium dalam Meningkatkan Ketersediaan Nitrogen bagi Tanaman Kedelai
Oleh: Novriani

Abstract
Supplies nutrients nitrogen in soybean crop is high enough, to meet the nitrogen needs during growth, it can be done given rhizobium. Rhizobium bacteria that can be symbiotic with the soybean crop is rhizobium japanicum. This bacterium is able to fixate nitrogen at 100-300 kg/ha, so it can meet the needs of 80% nitrogen for soybean. Besides able to fixate nitrogen rhizobium can also produce hormones such as IAA and giberalin grow. Rhizobium transmission can be done in two ways, namely through soybean seed and mixing through the soil. Rhizobium inoculant sources can come from rhizoplus, legin soybean cultivation or land mark. Key words: Soybean, rhizobium, nitrogen

PENDAHULUAN
Peningkatan produksi berbagai tanaman pangan di Indonesia tidak terlepas dari penggunaan pupuk kimia (buatan). Varietas unggul yang dihasilkan oleh para pemulia dalam revolusi hijau merupakan jenis tanaman yang membutuhkan masukan pupuk yang tinggi, disamping masukan lain seperti pengairan dan pestisida, agar dapat mencapai potensi hasil yang optimal dari tanaman tersebut. Akibat dari penggunaan varietas unggul disertai dengan makin intensifnya pengelolaan tanaman dan perluasan areal tanaman, konsumsi pupuk meningkat terutama sekali terjadi pada periode tahun 1975-1980 dengan diimbangi oleh peningkatan pertumbuhan produksi rata-rata 15,6%. Selanjutnya pada tahun 1980-1985, 1985-1990, dan 1990-1996, laju pertumbuhan produksi menurun masing-masing 10,2; 3,9; 1,5% per tahun (Simanungkalit, 2001). Hal ini terjadi akibat dari pemakaian pupuk dan pestisida secara terus menerus dan dalam jumlah besar, sehingga banyak tanah yang rusak akibat pencemaran bahan kimia. Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah adalah kembali menggunakan pupuk yang ramah lingkungan (pupuk alami), sehingga mampu mempertahankan kesuburan tanah tetapi masih dapat meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan pupuk hayati merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman secara alami, dengan memanfaatkan mikroorganisme hidup ke dalam tanah sebagai inokulan untuk membantu tanaman memfasilitasi atau menyediakan unsur hara tertentu bagi tanaman. Salah satu pupuk hayati yang sering digunakan adalah rhizobium.

pdf file

Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kab. OKU

Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kab. OKU
Oleh: Endang Lastinawati

Abstract 
This study aims to measure the level of farmer participation in the implementation of RADP program in the District OKU and to analyze differences in the level of participation of farmers based on certain factors in implementing the RADP program in the District OKU. The results showed the general level of farmer participation in the program in the District OKU being medium classified. Based on the study, no differences based on education level of participation of farmers, who had followed the training, and socialization programs. But the level of farmer participation differed according to social status of farmers, and activity RADP mentoring programs have been followed by farmers. Key words: Rural Agribusiness Development Program (RADP), farmer, participation 

PENDAHULUAN 
Kementerian Pertanian mulai tahun 2008 telah melaksanakan PUAP di bawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat. PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Melalui pelaksanaan PUAP, diharapkan Gapoktan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani (Deptan, 2010). Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang menjadi sasaran pelaksanaan program PUAP. Beberapa kabupaten dan kota telah melaksanakan program ini sejak tahun 2008, yaitu : Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS), Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Banyuasin, dan Kota Palembang.

Pemanfaatan Kayu Karet Tua sebagai Tambahan Pendapatan Petani Karet di Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu

Pemanfaatan Kayu Karet Tua sebagai Tambahan Pendapatan Petani Karet di Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu
Oleh: Septianita

Abstract 
The purpose of this study is to calculate how much income farmers gained in the use of rubber wood and old to know the feasibility of utilization of old rubber wood. Purposes of this research is to deepen knowledge about the use of old rubber wood and can give consideration in making decisions in the development of old rubber wood utilization for farmers. This study to be done in the District of Lubuk Raja in March to April 2010. The method used in this research is survey with farmers use old rubber wood as an example. While the sampling method by using census method that is by taking all the existing population of 35 farmers use old rubber wood or 100 percent of the population. Based on this study, the total revenue obtained by the farmer sample average is Rp. 11,975,286,- per production. While the level of feasibility on the use of old rubber wood is 2.23. Key words: Income farmers, use of rubber wood and old to 

PENDAHULUAN 
Produksi karet rakyat di Indonesia rata-rata 700 sampai 800 kilogram perhektar pertahun, jauh berbeda dengan produktifitas karet di Thailand yang bisa mencapai 1,8 juta ton perhektar pertahuan. Untuk itu pemerintah telah mencanangkan program revitalisasi perkebunan hingga tahun 2010, salah satu program revitalisasi tersebut khusunya untuk komoditas karet adalah melakukan peremajaan terhadap karet-karet tua yang tidak produktif. Dalam usaha memproduksi bibit karet bermutu, ketersediaan kebun entres sebagai sumber mata tunas atau kayu entres mutlak diperlukan. Mendatangkan entres dari luar lokasi pembibitan akan mendatangkan masalah ketepatan jumlah dan waktu tersedianya mata tunas klon-klon yang diinginkan (Sutarto, 2009). Kebutuhan kayu sebagian besar masih dipenuhi dari alam. Persediaan kayu dari hutan alam setiap tahun semakin berkurang, baik dari segi mutu maupun volumenya. Hal ini disebabkan kecepatan pemanenan yang tidak seimbang dengan kecepatan penanaman, sehingga tekanan terhadap hutan alam makin besar. Di sisi lain kebutuhan kayu akan bahan bakar industri semakin meningkat, hal ini berarti pasokan bahan baku pada industri perkayuan semakin sulit, kalau hanya mengandalkan kayu yang berasal dari hutan alam, terutama setelah kayu ramin, meranti putih, dan agathis dilarang untuk ekspor dalam bentuk kayu gergajian. Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu 1,58% per tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta sama-sama menurun 0,15% per tahun. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan.

Peranan Rhizobium dalam Meningkatkan Ketersediaan Nitrogen bagi Tanaman Kedelai

Peranan Rhizobium dalam Meningkatkan Ketersediaan Nitrogen bagi Tanaman Kedelai
Oleh: Novriani

Abstract 
Supplies nutrients nitrogen in soybean crop is high enough, to meet the nitrogen needs during growth, it can be done given rhizobium. Rhizobium bacteria that can be symbiotic with the soybean crop is rhizobium japanicum. This bacterium is able to fixate nitrogen at 100-300 kg/ha, so it can meet the needs of 80% nitrogen for soybean. Besides able to fixate nitrogen rhizobium can also produce hormones such as IAA and giberalin grow. Rhizobium transmission can be done in two ways, namely through soybean seed and mixing through the soil. Rhizobium inoculant sources can come from rhizoplus, legin soybean cultivation or land mark. Key words: Soybean, rhizobium, nitrogen 

PENDAHULUAN 
Peningkatan produksi berbagai tanaman pangan di Indonesia tidak terlepas dari penggunaan pupuk kimia (buatan). Varietas unggul yang dihasilkan oleh para pemulia dalam revolusi hijau merupakan jenis tanaman yang membutuhkan masukan pupuk yang tinggi, disamping masukan lain seperti pengairan dan pestisida, agar dapat mencapai potensi hasil yang optimal dari tanaman tersebut. Akibat dari penggunaan varietas unggul disertai dengan makin intensifnya pengelolaan tanaman dan perluasan areal tanaman, konsumsi pupuk meningkat terutama sekali terjadi pada periode tahun 1975-1980 dengan diimbangi oleh peningkatan pertumbuhan produksi rata-rata 15,6%. Selanjutnya pada tahun 1980-1985, 1985-1990, dan 1990-1996, laju pertumbuhan produksi menurun masing-masing 10,2; 3,9; 1,5% per tahun (Simanungkalit, 2001). Hal ini terjadi akibat dari pemakaian pupuk dan pestisida secara terus menerus dan dalam jumlah besar, sehingga banyak tanah yang rusak akibat pencemaran bahan kimia. Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah adalah kembali menggunakan pupuk yang ramah lingkungan (pupuk alami), sehingga mampu mempertahankan kesuburan tanah tetapi masih dapat meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan pupuk hayati merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman secara alami, dengan memanfaatkan mikroorganisme hidup ke dalam tanah sebagai inokulan untuk membantu tanaman memfasilitasi atau menyediakan unsur hara tertentu bagi tanaman. Salah satu pupuk hayati yang sering digunakan adalah rhizobium.


Penambahan Protein Belut Sawah Pada Pembuatan Edible Film Pati Tapioka Termodifikasi

Penambahan Protein Belut Sawah Pada Pembuatan Edible Film Pati Tapioka Termodifikasi
Oleh: Mukhtarudin dan Suyatno

Abstract 
The objective of the research was to produce and to know the edible film characteristic from surimi rice field eel and tapioca combine. The experiment was designed in Factorial Randomized Block Design with surimi of rice field eel concentration and tapioca as the treatment factors and were done in triplicates. The treatment were surimi of rice field eel concentration (4%, 6%, and 8%) and tapioca concentration (1%, 3%, and 5%). The results showed that the modified tapioca starch by using POCl3 not be made edible film for all treatment concentrations as well as the addition of surimi eel rice. One of two main factors that could cause a reference current reasons, that is) 1. The modified tapioca starch had reduced amylose content, this is the cause not the formation of the film matrix. It has been known that the main frame of the edible film is amylose than amylopectin. 2) the excessive warming temperatures will cause water to evaporate quickly before the film matrix. Key words: Edible film, starch, modified, tapioca and eel 

PENDAHULUAN 
Pada akhir-akhir ini, penelitian yang mengarah ke perlindungan lingkungan (friendly environment) menjadi perhatian utama dalam segala bidang termasuk teknologi bahan kemasan pangan. Bahan kemasan pangan yang paling banyak digunakan saat ini adalah plastik. Ada beberapa alasan mengapa bahan kemasan ini banyak digunakan, diantaranya adalah: 1) mudah didapat; 2) harga relatif murah, dan; 3) mudah dicetak atau disablon. Namun, plastik mempunyai kelemahan, yaitu: 1) plastik tidak bisa dirombak (non-biodegradable) sehingga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, dan; 2) plastik dapat mencemari makanan yang dikemasnya karena adanya monomer-monomer penyusun plastik yang dapat terurai dari polimernya sehingga bereaksi dengan makanan dan ini dapat menyebabkan karsinogenik. Dengan demikian, penggunaan bahan kemasan plastik harus dikurangi. Ada beberapa cara yang telah dilakukan dalam mengurangi penggunaan plastik, yaitu pengembangan plastik yang bersifat biodegradable dan pengembangan bahan kemasan pangan yang tidak hanya bersifat biodegradable tapi juga bersifat edible, bahan kemasan ini sering disebut edible film, yaitu lapisan tipis yang melapisi bahan pangan dan aman dikonsumsi. Penelitian tentang edible film telah lama dilakukan oleh para peneliti dengan memanfaatkan bahan baku lokal seperti di Jepang, Amerika Serikat, Thailand dan lain sebagainya. Di Indonesia penelitian ini telah berkembang pesat, seperti penggunaan pati tapioka, pati ganyong, dan pati-pati lainnya. Penggunaan pati tapioka (native starch) diinkorporasi dengan senyawa lain seperti protein, ikatan yang terjadi antara protein dengan pati tidak sempurna karena protein terikat secara acak dan sifatnya tidak stabil sehingga edible film yang dihasilkan sulit untuk memenuhi JIS 1975.

Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam

Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam
Oleh: Nurlaili

Abstract 
System of Rice Intensification (SRI) is one approach to rice cultivation practices that emphasize the cultivation of land management, crop and water through the empowerment of indigenous groups and based on environmentally friendly activities. One application of the idea of SRI is the wide plant spacing. The use of wide plant spacing on the System of Rice Intensification allow light into the paddy crop will be more so that the process run more optimum photosynthesis which ultimately will result in growth and high crop production. Plant spacing 30 cm x 30 cm for rice plants (Oryza sativa L.) with System of Rice Intensification (SRI) gave the best effect on plant growth. Key words: System of Rice Intensification, plant spacing, light 

PENDAHULUAN
Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. dengan populasi sebesar 230 juta jiwa dan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,4% per tahun, kebutuhan akan beras meningkat setiap tahunnya, sedangkan pasokan beras pada saat ini telah mencapai tingkat terendah di dalam kurun waktu 30 tahun terakhir yang disertai oleh kenaikan harga beras dalam 10 tahun terakhir. Upaya peningkatan produksi beras terus dilakukan, namun saat ini terganjal oleh berbagai kendala, seperti konversi lahan sawah subur yang masih terus berjalan, penyimpangan iklim (anomali iklim), gejala kelelahan teknologi (technology fatique), penurunan kualitas sumberdaya lahan (soil sickness) yang berdampak terhadap penurunan dan atau pelandaian produktivitas. Oleh karena itu guna memenuhi kebutuhan beras yang terus meningkat perlu diupayakan untuk mencari terobosan teknologi budidaya yang mampu memberikan nilai tambah dan meningkatkan efisiensi usaha. System of Rice Intensification (SRI) merupakan salah satu pendekatan praktek budidaya padi yang menekankan pada manajemen pengolahan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal yang berbasis pada kegiatan ramah lingkungan. Penerapan gagasan SRI berdasarkan enam komponen penting yaitu: 1) transplantasi bibit muda; 2) bibit ditanam satu lubang; 3) Jarak tanam lebar; 4) kondisi tanah lembab (irigasi berselang); 5) melakukan pendagiran (penyiangan), dan; 6) hanya menggunakan bahan organik (kompos). Penggunaan jarak tanam yang lebar pada SRI memungkinkan cahaya yang masuk ke pertanaman padi akan lebih banyak sehingga proses fotosintesis berjalan lebih optimum yang akhirnya akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman yang tinggi.

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag
Oleh: Susantidiana

Abstract 
The objective of this research is to evaluate effect from planting medium and inorganic fertilizers dosage (Urea, SP36, KCl) to growth of plant welsh onion. The research was conducted at Sukaraya, Baturaja East from July to September 2009. This research method using Factorial Randomized Block Design with three replicate. The research was divide into five stage: planting preparative, planting, fertilization, preservation, and harvest. The result showed that planting medium highly significant whereas fertilizer dosage and combination both of them no significant. Based on LSD 1% M2 (Soil + goat manure) result that wet and dry weight plant was significant. Based on tabulation value D3 (Urea 1.8 g/plant, SP36 3.3 g/plant, KCl 1.5 g/plant) result that wet and dry weight plant highest. Combination of M2D3 is the best treatment to increase the growth of plant welsh onion. Key words: Urea, wels onion, planting medium, inorganic fertilizers 

PENDAHULUAN 
Budidaya Bawang daun (Allium fistulosum L.) dapat dilakukan di lahan dan di polybag. Penanaman dalam polybag pada pekarangan yang sempit merupakan alternatif untuk menambah pendapatan keluarga. Menurut Cahyono (2005), dibudidayakan sebagai tanaman sayuran (daun dan batang) dan sebagai bahan obat (akar, daun, dan batang). Penggunaan bawang daun yaitu dikonsumsi dalam bentuk segar bersama dengan bahan-bahan makanan lain, sebagai bumbu penyedap, dan pengharum masakan. Bawang daun mengandung unsur hara aktif sebagai antibiotik, dapat merangsang pertumbuhan sel, menghilangkan lendir dalam kerongkongan, memudahkan pencernaan makanan, menyembuhkan penyakit dan sebagainya. Bawang daun memiliki nilai ekonomis yang cukup penting. Prospek bawang daun cukup baik untuk pemenuhan konsumen domestik dan untuk permintaan ekspor. Pada saat ini produktivitas di tingkat petani masih rendah akibat belum menggunakan media tanam dan pupuk yang belum optimal. Untuk memenuhi permintaan pasar dalam jumlah yang banyak maka produksi bawang daun harus ditingkatkan melalui budidaya yang intensif. Budidaya yang intensif diantaranya menggunakan media tanam dan pemberian pupuk yang berimbang. Media tanam yang ditambahkan pupuk kandang menjadi kaya bahan organik. Peran bahan organik dapat meningkatkan porositas tanah, kemampuan menahan air, kapasitas tukar kation, pH tanah dan ketersediaan unsur hara (Mulyono, 1998). Media tanam sangat berperan dalam peningkatan produksi tanaman. Oleh karena itu bawang daun harus ditanam pada komposisi media yang cocok untuk pertumbuhan dan produksinya.