Rabu, 21 November 2012

Alternatif Pengelolaan Unsur Hara P (Fosfor) Pada Budidaya Jagung

Alternatif Pengelolaan Unsur Hara P (Fosfor) Pada Budidaya Jagung
Oleh: Novriani

Abstract 
Maize is the main basic food materials in Indonesia, which has a very important position after rice. Maize production in Indonesia has yet to achieve food self-sufficiency. To achieve that required the proper cultivation techniques and to provide sufficient nutrients for growth of maize. One of the most necessary nutrient availability, especially in acid soils is a soil-nutrient phosphorus. Phosphorus plays an important role in increasing the growth of corn from the vegetative phase until the generative phase. There are many ways that can be done to meet the nutrient needs of phosphorus in the soil among the addition of organic fertilizer, inorganic fertilizer, biological fertilizer and soil conditions in order to maintain stable soil pH remained neutral for example, soil erosion can be addressed with conservation techniques and to maintain soil moisture. Key words: Maize, phosphorus, fertilizer 

PENDAHULUAN 
Jagung (Zea mays) merupakan tanaman serelia yang tumbuh hampir diseluruh dunia dan tergolong spesies dan veriabilitas genetik yang besar. Tanaman jagung berasal dari Amerika dan berkembang ke Spanyol, Portugis, Italia dan bagian timur Afrika. Pertama kali tanaman jagung dikenal di Indoensia empat ratus tahun yang lalu dibawa oleh orang Portugis dan Spanyol (Surapto HS dan Marzuki RHA, 2002). Peranan jagung di Indonesia cukup penting sebagai tanaman pangan yang menempati urutan kedua setelah padi. Hasil biji jagung digunakan sebagai makanan pangan juga digunakan sebagai makanan ternak dan bahan baku industri. Tanaman jagung di samping sebagai penghasil biji, juga dibudidayakan sebagai penghasil hijauan pakan ternak dan bisa juga sebagai pupuk organik (Mattobi, 2004). Produksi jagung tahun 2009 diperkirakan 18,12 juta ton pipilan kering. Dibandingkan produksi tahun 2008, terjadi kenaikan 522,86 ribu ton atau 2,97 persen. Kenaikan produksi pada 2010 diperkirakan terjadi karena naiknya luas panen seluas 67,83 ribu hektare atau 1,63 persen, dan produktivitas sebesar 0,56 kuintal per hektare atau 1,32 persen. Tetapi ini belum mencapai swasembada pangan karena kebutuhan jagung di Indonesia cukup tinggi (BPPS, 2009).

0 komentar:

Posting Komentar