Rabu, 21 November 2012

Pemanfaatan Kayu Karet Tua sebagai Tambahan Pendapatan Petani Karet di Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu

Pemanfaatan Kayu Karet Tua sebagai Tambahan Pendapatan Petani Karet di Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu
Oleh: Septianita

Abstract 
The purpose of this study is to calculate how much income farmers gained in the use of rubber wood and old to know the feasibility of utilization of old rubber wood. Purposes of this research is to deepen knowledge about the use of old rubber wood and can give consideration in making decisions in the development of old rubber wood utilization for farmers. This study to be done in the District of Lubuk Raja in March to April 2010. The method used in this research is survey with farmers use old rubber wood as an example. While the sampling method by using census method that is by taking all the existing population of 35 farmers use old rubber wood or 100 percent of the population. Based on this study, the total revenue obtained by the farmer sample average is Rp. 11,975,286,- per production. While the level of feasibility on the use of old rubber wood is 2.23. Key words: Income farmers, use of rubber wood and old to 

PENDAHULUAN 
Produksi karet rakyat di Indonesia rata-rata 700 sampai 800 kilogram perhektar pertahun, jauh berbeda dengan produktifitas karet di Thailand yang bisa mencapai 1,8 juta ton perhektar pertahuan. Untuk itu pemerintah telah mencanangkan program revitalisasi perkebunan hingga tahun 2010, salah satu program revitalisasi tersebut khusunya untuk komoditas karet adalah melakukan peremajaan terhadap karet-karet tua yang tidak produktif. Dalam usaha memproduksi bibit karet bermutu, ketersediaan kebun entres sebagai sumber mata tunas atau kayu entres mutlak diperlukan. Mendatangkan entres dari luar lokasi pembibitan akan mendatangkan masalah ketepatan jumlah dan waktu tersedianya mata tunas klon-klon yang diinginkan (Sutarto, 2009). Kebutuhan kayu sebagian besar masih dipenuhi dari alam. Persediaan kayu dari hutan alam setiap tahun semakin berkurang, baik dari segi mutu maupun volumenya. Hal ini disebabkan kecepatan pemanenan yang tidak seimbang dengan kecepatan penanaman, sehingga tekanan terhadap hutan alam makin besar. Di sisi lain kebutuhan kayu akan bahan bakar industri semakin meningkat, hal ini berarti pasokan bahan baku pada industri perkayuan semakin sulit, kalau hanya mengandalkan kayu yang berasal dari hutan alam, terutama setelah kayu ramin, meranti putih, dan agathis dilarang untuk ekspor dalam bentuk kayu gergajian. Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu 1,58% per tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta sama-sama menurun 0,15% per tahun. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan.

0 komentar:

Posting Komentar